Sebagai penyelenggara kegiatan, Universitas Brawijaya bersyukur bahwa kerja sama pentahelix antara berbagai pihak ini dapat terjalin. “Kami bersyukur dengan terciptanya solidaritas antara pemerintah, akademisi, komunitas, bisnis, serta media untuk bersama-sama bangkit melawan wabah PMK yang saat ini sedang terjadi. Kami harapkan kerja sama ini bisa terus terjalin serta berkelanjutan dengan dukungan yang lebih besar lagi dari berbagai pihak,” kata Guru Besar Ilmu Gizi Ternak Ruminansia di Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB), Hendrawan Soetanto dalam siaran persnya, Rabu, 24 Agustus 2022.
Dalam kegiatan lokakarya ini, Hendrawan mengajarkan para peternak cara membuat ramuan herbal untuk membantu meningkatkan imunitas hewan ternak. Tidak hanya itu, ia juga mengajarkan untuk membuat obat herbal untuk penyembuhan luka, serta mengajak para peternak untuk membudidayakan beberapa “Tanaman Ajaib” seperti Echinacea dan juga Moringa (kelor).
Selain itu, Dr. Arie Sri Hardiastuti dari Departemen Kimia Universitas Brawijaya juga memperkenalkan manfaat eco-enzyme kepada para peternak dan mengajarkan cara pembuatannya kepada peserta. Dalam kesempatan tersebut, Universitas Brawijaya juga menyampaikan bantuan eco-enzyme kepada pimpinan koperasi yang kemudian diikuti oleh penyampaian simbolis bantuan desinfektan kepada pimpinan koperasi oleh Ketua Umum DPP KNPI Muh. Ryano Panjaitan.
USDEC Country Manager for Indonesia, Arief Rashidi menyampaikan, sebagai organisasi nirlaba yang membawahi peternak, produsen, koperasi, serta trader susu di Amerika mengatakan, aksi solidaritas ini dapat memperoleh dukungan yang lebih besar di kemudian hari.
Tantangan Terberat
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kabupaten Pasuruan, Diana Lukita Rahayu mengatakan, hingga saat ini Kabupaten Pasuruan sudah menerima lebih dari 85.000 dosis vaksin kepada 60 persen populasi sapi di wilayahnya. “Alhamdulillah sejauh ini kami sudah menerima lebih dari 85.000 dosis vaksin, bahkan kami juga sudah memulai vaksinasi kedua," terang Diana.Namun, tantangan terberat berikutnya, kata Diana, adalah keterbatasan jumlah tenaga kesehatan hewan untuk melakukan vaksinasi. "Di wilayah kami hanya terdapat 5 Puskeswan untuk mencakup 24 kecamatan, sehingga ini menjadi sebuah tantangan yang cukup berat.”, ucapnya.
Mengalami masalah yang serupa, Direktur PT. BULS (Berdikari United Livestock), Irman Yasin Limpo yang turut hadir juga menyampaikan, tenaga kesehatan hewan di Kabupaten Sidrap juga terbatas. “Jumlah dokter hewan sangatlah tidak memadai untuk dapat merawat lebih dari 6.000 ekor sapi pada fasilitas yang luasnya 11.000 hektar.
Oleh karena itu kami juga menyerap tenaga dari SMK Peternakan dan juga veteriner lulusan universitas,” katanya.
Mengenai hal ini, Ketua Umum DPP KNPI, Muhammad Ryano Panjaitan mengatakan bahwa kurangnya jumlah Pusat Kesehatan Hewan di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur patut mendapatkan perhatian khusus. Apalagi di tengah merebaknya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) saat ini.
Selain itu, Ryano juga mengatakan, sejak awal merebaknya wabah PMK, ia telah mendengar dan menampung aspirasi dari berbagai pihak untuk kemudian menyampaikan rekomendasi/masukan kepada pemerintah. Ia juga mengapresiasi pemerintah yang sejauh ini sudah berhasil menyediakan 7 juta vaksin PMK untuk didistribusikan kepada para peternak di berbagai wilayah di Indonesia.
Kepala BBIB Singosari, Kresno Suharto juga menyampaikan pesan dari Dirjen PKH Nasrullah bahwa program pertama yang dicanangkan oleh pemerintah adalah melakukan vaksinasi dengan target pengadaan sebanyak 29 juta dosis hingga akhir tahun ini. Kemudian pemerintah juga ingin proses produksi vaksin di Indonesia dapat dilakukan secara local.
“Pusvet sudah bisa produksi vaksin PMK lokal, InsyaAllah bulan September atau Oktober sudah bisa launching,”ujarnya.
Baca juga: Mahasiswa UB Tawarkan Inovasi Pemurnian Cerium Lumpur Lapindo Sebagai Katalis |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News