Ilustrasi makan bergizi gratis di sekolah. DOK IG @Disdikdki
Ilustrasi makan bergizi gratis di sekolah. DOK IG @Disdikdki

Kasus Keracunan MBG, Pakar UGM Tegaskan Keamanan Pangan Perlu Diperkuat

Renatha Swasty • 05 Mei 2025 10:22
Jakarta: Sejumlah kasus keracunan makanan akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan korban mencapai ratusan siswa terjadi di berbagai wilayah. Dietisien dari Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada, Leiyla Elvizahro, menduga keracunan massal akibat buruknya penanganan makanan, terutama dalam aspek penyimpanan dan distribusi.
 
Leiyla menekankan makanan yang disajikan dalam jumlah besar harus memenuhi standar higienitas ketat. Termasuk, pemakaian penutup makanan, penyimpanan di suhu yang tepat, serta kebersihan alat dan tenaga penyaji.
 
Faktor lain yang tak kalah penting adalah waktu antara proses masak dan konsumsi, semakin lama jedanya, semakin tinggi potensi kontaminasi. Oleh karena itu, penting bagi panitia penyelenggara acara memastikan distribusi makanan dilakukan cepat dan efisien.

“Kalau makanan disimpan lebih dari empat jam tanpa penghangat atau pendingin, risiko pertumbuhan bakteri akan meningkat drastis,” ujar Leiyla dikutip dari laman ugm.ac.id, Senin, 5 Mei 2025.
 
Dia menuturkan makanan berbahan dasar daging, ikan, dan produk susu menjadi kelompok paling rentan. Tanda-tanda kerusakan pada olahan daging misalnya bisa dikenali dari bau amis menyengat, warna kehijauan, serta tekstur berlendir.
 
Sementara itu, susu yang sudah basi akan menggumpal dan mengeluarkan bau asam tajam. Apabila dikonsumsi, makanan ini bisa menyebabkan infeksi saluran cerna dan dehidrasi berat.
 
Leiyla menyebut bahan pangan hewani harus disimpan di suhu dingin dan dimasak dengan suhu cukup tinggi untuk membunuh bakteri patogen. “Kalau sayur dan buah yang busuk dapat dilihat dari bentuknya yang layu, lembek, atau berlendir. Kulit buah juga mengkerut serta timbul jamur berwarna putih atau hijau,” papar Leiyla.
 
Dia menekankan pentingnya mengenali tanda-tanda makanan yang sudah basi atau tidak higienis. Ia menjelaskan makanan basi sering kali dapat dikenali melalui perubahan bau, tekstur, dan warna.
 
Leiyla mengimbau masyarakat membiasakan diri mencium aroma makanan terlebih dahulu sebelum mengonsumsinya. Deteksi dini lewat pancaindra sering kali cukup untuk mencegah konsumsi makanan yang berisiko. 
 

Baca juga: Keracunan Pangan MBG di Sekolah Diusut


"Makanan seperti nasi, mie, dan lontong yang kaya karbohidrat akan mudah basi jika disimpan terlalu lama di suhu ruang. Tanda-tandanya antara lain berbau asam, berlendir, atau muncul jamur,” jelas Leiyla.
 
Dia juga menekankan masyarakat perlu waspada terhadap makanan yang disajikan terbuka, dikerumuni lalat, atau ditangani oleh petugas yang tidak menggunakan sarung tangan. Ia menyarankan pemerintah lebih selektif memilih tempat makan atau katering, khususnya untuk kegiatan besar.
 
Kredibilitas penyedia makanan bisa menjadi indikator awal apakah proses pengolahan mereka mengikuti standar keamanan pangan. “Kondisi dapur dan alat masak pun harus menjadi perhatian. Jangan ragu untuk mempertanyakan kebersihan makanan, apalagi jika dikonsumsi bersama-sama dalam jumlah besar,” tegas dia.
 
Ia menjelaskan sebagai langkah awal bila terlanjur mengonsumsi makanan mencurigakan, masyarakat diimbau tidak panik namun segera mengamati gejala yang muncul. Apabila mengalami muntah, diare lebih dari tiga kali sehari, atau demam, sebaiknya segera mencari pertolongan medis.
 
Leiyla menyarankan banyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi dan membantu proses detoksifikasi alami tubuh. Bila gejala tak membaik dalam 24 jam, segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat untuk penanganan lanjutan.
 
“Kita juga bisa mengonsumsi probiotik seperti yoghurt, kefir, atau suplemen untuk membantu menyeimbangkan mikrobiota usus yang terganggu,” jelas dia.
 
Kasus keracunan MBG seharusnya menjadi pembelajaran bersama keamanan makanan bukan sekadar urusan dapur, tapi tanggung jawab semua pihak. Terutama dalam kegiatan publik yang melibatkan konsumsi massal.
 
Edukasi tentang ciri makanan basi dan pentingnya higienitas sejak dini akan sangat membantu mencegah kejadian serupa di masa depan. Pemerintah dan pihak penyedia MBG perlu membuat standar operasional yang jelas mengenai pengadaan makanan.
 
“Yang paling penting sekarang, justru literasi pangan sehat harus menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat agar tidak mudah menjadi korban dari kelalaian pihak lain,” ujar Leiyla.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan