“Pencapaian pada ajang TIME ini akan menjadi semangat baru bagi kawan-kawan yang selama ini mengerjakan program revitalisasi bahasa daerah," kata Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kemendikbudristek, E. Aminudin Aziz, dalam keterangan tertulis yang diterima Medcom.id, Senin, 9 September 2024.
Aminudin mengungkapkan hal ini berawal dari keprihatinan akan kualitas dan kuantitas bahasa daerah yang mengalami kemunduran. Mendikbudristek Nadiem Makarim memberikan arahan kepada Badan Bahasa untuk melaksanakan program Revitalisasi Bahasa Daerah yang tidak hanya berfokus pada pelestarian bahasa daerah tetapi juga pengembangan dan peningkatan relevansinya.
Inisiatif Revitalisasi Bahasa Daerah dapat berjalan baik berkat kerja keras Aminudin dan jajaran.
"Kami juga tentunya sangat berterima kasih kepada Mas Menteri Nadiem Makarim atas visi dan dukungan beliau yang tinggi terhadap program ini sehingga terus memupuk komitmen seluruh pihak untuk berkolaborasi menyukseskan revitalisasi bahasa daerah,” ujar Aminudin.
Aminuddin mengatakan Revitalisasi Bahasa Daerah penting karena bahasa daerah adalah aset yang tak ternilai bagi bangsa. Dia sangat menyayangkan bila bahasa daerah mengalami kepunahan dan tidak ada ‘catatan’ tentangnya yang tersisa bagi generasi penerus bangsa.
“Maka akan hilang kearifan lokal kita dan pengetahuan yang terekspresikan dan tersimpan dalam bahasa daerah itu,” ujar dia.
Selain kemampuan bertutur dalam bahasa nasional dan asing, bertutur dalam bahasa daerah bukanlah ‘kampungan’ tapi justru menunjukkan kehebatan. Berangkat dari situasi tersebut, ia tergerak untuk menempuh langkah nyata guna menyelamatkan eksistensi bahasa daerah.
Dia mengatakan yang harus dilakukan adalah mendokumentasikan secara fisik melalui buku-buku bacaan, tata bahasa, kamus, dan sebagainya, baik dalam bentuk cetak maupun berbentuk digital. Namun, langkah untuk membuat penyelamatan bahasa daerah tersebut lebih luas dengan dukungan teknologi kecerdasan buatan, harus ada korpusnya terlebih dulu.
"Korpus yang berisi kumpulan data bahasa dari naskah dan dokumentasi lain serta bahasa lisan berbahasa daerah yang disusun dalam sebuah data raya atau big data,” papar dia.
Badan Bahasa telah berhasil menggawangi beberapa projek inisiatif untuk merevitalisasi bahasa daerah. Pertama, Kajian Vitalitas Bahasa untuk melihat tingkat daya hidup suatu bahasa yang dipetakan melalui jumlah penutur dan pemanfaatan bahasa daerah tersebut.
Kedua, Peta Bahasa di Indonesia, yang ditujukan untuk mendapatkan informasi mengenai sebaran geografis bahasa, dialek, dan subdialek. “Contoh sederhananya, ketika orang bicara dengan dialek bahasa daerah tertentu di luar daerahnya, maka akan terlihat sebaran bahasa daerah tersebut di luar asal wilayahnya,” jelas Aminudin.
Menurutnya, untuk mempermudah upaya identifikasi tersebut, kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) merupakan solusinya. Ini yang sudah menjadi program yang dikembangkan di Badan Bahasa sehingga tidak perlu lagi ke lapangan dengan menggunakan manusia yang datang dengan biaya yang mahal.
"Selama orang punya gawai dan terhubung ke internet, orang di daerah tertentu bisa memasukkan datanya misalnya berupa rekaman dan akan terdeteksi melalui AI,” tutur dia.
Ketiga, AI juga bisa digunakan untuk penerjemahan bahasa. Menurutnya, jika sudah tersedia big data atau data raya dan sudah ada korpus (kumpulan ujaran) dalam berbagai bahasa daerah, masyarakat bisa dengan mudah mengetahui arti dan mempelajari berbagai bahasa daerah.
Misalnya, penggunaan bahasa daerah popular di tengah suatu wilayah.
“AI ini bisa memberikan penjelasan. Korpus ini yang sedang kita bangun bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) dan para ahli teknologi kecerdasan buatan. Semakin banyak korpus dan data raya maka semakin pintar mesinnya (AI). Mesin ini bisa memberikan penjelasan sesuai konteksnya,” tutur dia.
Keempat, Badan Bahasa akan merintis pengujian kompetensi berbahasa daerah dengan dukungan AI. Seperti Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) yang ada tes tulisnya, pengujian kompetensi berbahasa ini bisa dilakukan melalui dukungan AI.
Ketika banyak sekali orang yang ikut tes dalam jumlah tertentu, cukup AI yang menilai. Sebab, jika pengujian dilakukan secara manual, membutuhkan sumber daya, waktu, dan biaya besar.
“Kami sedang pikirkan bagaimana melengkapi sumber data berupa tata bahasa daerah yang baku untuk bahasa daerah tertentu, misalnya bahasa Jawa. Langkah awal adalah membangun tata bahasa yang benar, lalu mengembangan AI-nya secara paralel,” tegas Aminudin.
Aminudin menegaskan komitmennya bersama seluruh jajaran Badan Bahasa untuk terus mengawal implementasi projek berdasarkan skala prioritas. Badan Bahasa melibatkan Perpusnas dan menggandeng pakar dari perguruan tinggi dan sektor swasta yang memiliki visi yang sama guna menyukseskan berbagai program prioritas.
Aminudin tak menyangka kiprahnya tersebut mendapat perhatian di tingkat internasional yakni media TIME. Ia mengungkapkan pada akhir bulan Juli 2024, seorang wartawan TIME menghubunginya untuk melakukan wawancara seputar pengembangan AI dalam konteks pelestarian bahasa daerah.
Ia terkejut karena dirinya bukanlah seorang ahli yang berkiprah di dunia IT. Aktivitasnya selama empat tahun terakhir justru lebih banyak bergelut dalam upaya merevitalisasi bahasa daerah.
Wawancara mendalam dalam beberapa tahap dengan wartawan tersebut nyatanya berhasil meyakinkan redaksi TIME untuk memasukkan nama E. Aminudin Aziz sebagai salah satu dari 100 Orang yang Paling Berpengaruh dalam Kecerdasan Buatan versi Majalah TIME. Pengumuman ini dilansir pada 5 September 2024, pukul 20.00 waktu Amerika melalui https://time.com/time100ai.
“Menariknya, mereka mempelajari pandangan yang awalnya saya sampaikan di UNESCO ketika bicara tentang revitalisasi bahasa daerah dengan pemanfaatan AI. Ketika orang lain tidak berpikir merevitalisasi bahasa daerah dengan dukungan AI, Badan Bahasa memulai memikirkan hal tersebut," ujar dia.
Tim penilai menilai ketika orang menggunakan AI untuk kepentingan bisnis dan lainnya, Aminudin lebih memikirkannya untuk menyelamatkan aset bangsa. Revitalisasi bahasa daerah perlu dilakukan mengingat 718 bahasa daerah di Indonesia, sebagian besar kondisinya mengalami kemunduran, kritis, bahkan terancam punah.
Sasaran dari revitalisasi bahasa daerah ini, seperti yang pernah dikatakan Mendikbudristek adalah 1.491 komunitas penutur bahasa daerah, 29.370 guru, 17.955 kepala sekolah, 1.175 pengawas, serta 1,5 juta siswa di 15.236 sekolah. Sasaran ini telah tercapai dan akan terus dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya.
Sebagai penghormatan kepada 100 orang yang paling berpengaruh dalam kecerdasan buatan, TIME turut mengundang Aminudin pada jamuan makan malam yang akan berlangsung pada 16 September 2024. Berbagai ucapan selamat terus mengalir kepada Aminudin termasuk dari Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim dan seluruh jajaran pimpinan Kemendikbudristek, jajaran Perpusnas dan Perpusda, serta warga masyarakat lainnya.
“Congratulations, Pak Amin. Kece!” ucap Aminudin menirukan pernyataan Mendikbudristek.
Baca juga: Menolak Punah, 3 Bahasa Daerah Dalam Proses Digitalisasi |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News