Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), Itje Chodidjah, mengatakan pertemuan diharapkan mampu menghasilkan peningkatan kolaborasi dan kemitraan pemangku kepentingan, strategi yang dapat ditindaklanjuti untuk konservasi keanekaragaman hayati, dan ketahanan sosial-ekonomi.
Selain, itu hasil diskusi selama konferensi dapat menjadi bahan rekomendasi yang selanjutnya disusun oleh Pemerintah Indonesia lewat kolaborasi bersama antara KNIU, Komite Man and Biosphere (MAB) UNESCO Indonesia, bersama dengan kementerian/lembaga.
"Terkait untuk menjadi draf laporan implementasi Lima Action Plan for Biosphere Reserves 2016–2025, yang akan dibawa dalam pertemuan World Congress of Biosphere Reserves (WCBR) ke-5 di Hangzhou, Tiongkok pada 2025,” ungkap Itje dalam keterangan tertulis, Selasa, 30 April 2024.
Direktur Kantor Multisektoral dan Perwakilan UNESCO di Jakarta, Maki Katsuno-Hayashikawa, mendorong perwakilan dari berbagai negara yang menjadi peserta konferensi memiliki fokus dan tujuan yang sama. Khususnya dalam pengembangan cagar biosfer di Asia Tenggara.
“Pertemuan SeaBRnet ke-15 di Cagar Biosfer Wakatobi akan berfokus pada penyelarasan upaya-upaya konservasi dengan pembangunan sosial dan ekonomi," kata dia.
Hal itu dengan mengintegrasikan teknologi dan pengetahuan tradisional untuk meningkatkan konservasi keanekaragaman hayati dan pemanfaatan cagar biosfer secara berkelanjutan di kawasan Asia Tenggara.
Konferensi tahunan ini akan dihadiri sekitar 300 orang dari Kamboja, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, Brunei Darussalam, Laos, Timor Leste, dan Jepang. Adapun pemangku kepentingan yang akan hadir meliputi Ketua Cagar Biosfer Asia Tenggara, perwakilan Komisi Nasional Asia Tenggara, perwakilan sektor pemerintah maupun swasta, kalangan akademisi, dan perwakilan anggota jaringan Komite MAB UNESCO Indonesia.
Ketua Taman Nasional Wakatobi, Darman, mengaku bangga dan mengapresiasi terpilihnya Wakatobi sebagai tempat pelaksanaan SeaBRnet ke-15. Dia menyebut ini merupakan wujud komitmen pemerintah dan pemangku kepentingan terkait terhadap pengelolaan cagar biosfer yang terus lestari.
“Kawasan biosfer harus mampu memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat dengan tetap menjaga nilai-nilai budaya atau kearifan lokal masyarakat,” ujar Darman.
Konferensi bakal membahas permasalahan, tantangan, serta berbagi praktik baik dalam pengelolaan cagar biosfer. Peserta juga bakal diajak snorkeling dan diving di Taman Laut Wakatobi serta pelepasliaran Burung Kacamata Wangi-Wangi dan Tukik.
Baca juga: Togean dan Samota Ditetapkan Jadi Cagar Biosfer Baru |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News