PISA mengevaluasi sistem pendidikan yang diikuti murid-murid berusia 15 tahun dari sekolah-sekolah yang dipilih secara acak, menempuh tes dalam mata pelajaran utama, yaitu membaca, matematika, dan sains. Tes ini bersifat diagnostik yang digunakan untuk memberikan informasi untuk perbaikan sistem pendidikan.
"Pemerintah sibuk melakukan hal yang sama dan berulang-ulang tetapi mengharapkan hasil yang berbeda, seperti gonta ganti kurikulum, gonta ganti nama program tetapi isinya sama dan lain sebagainya," kata Indra melalui keterangan tertulis, Rabu, 6 Desember 2023.
Menurutnya, anggaran pendidikan yang setahun lebih dari Rp600 triliun hasilnya berbanding terbalik dengan amanat konstitusi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemerhati pendidikan itu menilai ini merupakan bentuk ketidakwarasan sebab anggaran triliunan tapi isinya gonta ganti nama saja.
Mulai dari Sekolah Inti berubah ke RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) lalu berubah ke Sekolah Rujukan sekarang berubah lagi ke Sekolah Penggerak. Namun, isinya hanya mengambil sebagian kecil sekolah yang sudah baik mutunya kemudian ditambah anggaran dan pelatihan guru-gurunya.
"Belum tiap ganti menteri pasti ganti kurikulum. Ini tidak mengubah apa-apa. Tidak heran kalau hasil PISA kita semakin jeblok,” tegas Indra.
Dia berpendapat bila pemerintah di masa datang hanya melanjutkan program-program pendidikan yang sudah berjalan, justru tidak akan mengubah apa-apa. "Alih-alih mengharapkan bonus demografi, justru bencana demografi yang akan didapat," ujar Indra.
Dia menuturkan hal ini disebabkan karena penduduk usia produktif besar tetapi produktivitasnya rendah yang disebabkan kemampuan dasar untuk membaca, matematika, dan sains tidak mumpuni. Indra menyebut Indonesia membutuhkan perubahan besar-besaran dalam bidang pendidikan.
“Albert Einsten pernah mengatakan bahwa ukuran kecerdasan adalah kemampuan membuat perubahan. Jadi sangat wajar kalau bangsa ini tidak kunjung menjadi cerdas kalau tidak mampu membuat perubahan," ujar Indra.
Dia mendorong masyarakat untuk medukung pihak-pihak yang punya kapabilitas dan arah untuk membuat perubahan. Indra mengatakan pembangunan manusia harus dipandang sebagai investasi bukan biaya.
"Pendidikan itu mahal, tapi kebodohan jauh lebih mahal,” ujar Indra.
Baca juga: Jubir Timnas AMIN: Hasil PISA 2022 Mempertegas Kegagalan Pemerintah Capai RPJMN |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News