Ilustrasi dampak El Nino. ANT/Dedhez Anggara
Ilustrasi dampak El Nino. ANT/Dedhez Anggara

Pengamat Lingkungan Unair Jelaskan Soal El Nino: Pengertian, Dampak, hingga Antisipasinya

Renatha Swasty • 04 Mei 2023 11:11
Jakarta: Fenomena El Nino diprediksi bakal terjadi di Indonesia pada Agustus 2023. El Nino berpotensi menyebabkan kebakaran hutan dan lahan hingga kekeringan yang cukup luas di beberapa daerah.
 
Pengamat lingkungan Universitas Airlangga (Unair), Wahid Dianbudiyanto, menuturkan El Nino merupakan fenomena saat air laut di Samudera Pasifik lebih panas dari biasanya. El Nino merupakan bagian dari fenomena lebih besar yaitu El-Nino-Southern Oscillation (ENSO) dan bagian lainnya La Nina.
 
“Jika hal itu merupakan peristiwa memanasnya suhu air di luar batas kewajaran di kawasan Samudera Pasifik, maka La Nina merupakan peristiwa pendinginan air di luar batas kewajaran di area tersebut,” jelas Wahid dikutip dari laman unir.ac.id, Kamis, 4 Mei 2023.

Dia memaparkan El Nino dan La Nina (ENSO) terjadi karena Southern Oscillation, yaitu perubahan tekanan udara pada laut tropis Samudera Pasifik. Saat air laut di sisi tropis Samudera Pasifik memanas, atmosfer di atasnya menurun tekanannya.
 
“Saat inilah terjadi perubahan pola tiupan angin yang dapat menyebabkan perubahan pola iklim, yang cenderung menghasilkan iklim yang cukup ekstrem,” papar dosen Teknik Lingkungan tersebut.
 
Perubahan pola tersebut akhirnya meningkatkan potensi dampak El Nino dan La Nina di Indonesia. Permukaan air yang lebih hangat dapat meningkatkan kemungkinan hujan lebih tinggi.
 
Hal itu karena perpindahan panas melalui media air dan udara meningkat. Sehingga, peristiwa presipitasi atau turunnya air dari atmosfer ke bumi juga ikut meningkat.
 
“Hal ini berdampak pada meningkatnya intensitas hujan di Amerika Selatan seperti Peru dan Ekuador. Di lain sisi, Indonesia dan Australia mendapatkankan kekeringan dari peristiwa tersebut,” tutur dia.
 
Wahid mengatakan El Nino merupakan fenomena yang cukup sering terjadi. Tercatat, El Nino pada 1982-1983 dan 1997-1998 merupakan yang paling intens pada abad ke-20. Bahkan, peristiwa 1997-1998 menyebabkan ketidakstabilan kondisi dunia. Termasuk, kekeringan di Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
 
Dia menuturkan berkaca dari pengalaman itu, pemerintah harus belajar meminimalisir dampak yang akan timbul. Pemerintah dapat melaksanakan adaptasi dengan berkolaborasi dengan beragam pihak.
 
Termasuk, edukasi dan kampanye. Selain itu, teknologi modifikasi hujan dapat dilakukan sehingga dapat membantu saat Indonesia dilanda kekeringan panjang.
 
“Misalkan pada tahun ini, El Nino akan datang ke Indonesia pada Agustus. Maka bisa kampanye untuk menyimpan sebanyak-banyaknya air pada reservoir-reservoir yang ada. Delapan tahun lalu, Indonesia kurang siap sehingga dampaknya cukup berat,” tutur dia.
 
Baca juga: Pemerintah Impor Beras 2 Juta Ton, Jokowi: Antisipasi El Nino

 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan