Ilustrasi Unpad. DOK Unpad
Ilustrasi Unpad. DOK Unpad

Masalah Polusi Udara Belum Selesai Juga, Akademisi Bakal Bertemu Bantu Solusinya

Renatha Swasty • 15 September 2023 13:20
Jakarta: Masalah polusi udara yang tak kunjung selesai mengancam kesehatan yang menyebabkan rentan terkena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Sejumlah akademisi bakal bertemu untuk membahas mengenai kesehatan pernapasan.
 
“Ini adalah masalah serius yang perlu segera diatasi,” ungkap Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad), Cissy B Kartasasmita, dikutip dari laman unpad.ac.id, Jumat, 15 September 2023.
 
Cissy menjelaskan dampak polusi udara sangat berbahaya bagi kesehatan pernapasan. Saluran pernapasan yang bersifat terbuka akan langsung berhubungan dengan udara luar dan lingkungan.

Saat seseorang menarik napas, ia akan memasukkan udara yang mengandung oksigen sekaligus semua bahan-bahan yang terkandung di dalamnya, termasuk kuman penyebab penyakit.
Apabila daya tahan tubuh sedang berkurang atau lemah, badan akan tidak maksimal menolak infeksi dari bakteri atau virus saat hidung menghirup napas.
 
Otomatis, badan akan mudah terinfeksi oleh kuman yang bisa menyebabkan ISPA, baik ISPA atas maupun bawah. Cissy mengatakan mekanisme pertahanan tubuh manusia bermacam-macam.
 
Pada saluran pernapasan, ada beberapa mekanisme, seperti rongga hidung yang bersekat-sekat, bulu getar di saluran napas, lapisan dalam saluran napas (epitel), hingga bulu-bulu halus di permukaan saluran napas (silia). Mekanisme ini yang berfungsi menangkap dan “menyapu” berbagai partikel yang merugikan untuk keluar lagi.
 
“Bulu getar ini akan rusak oleh adanya polusi udara yang terhisap sehingga bulu getar tak bisa menyapu dengan sempurna dan terjadi gangguan termasuk masuknya kuman penyebab ISPA,” jelas dia.
 
Wilayah Bandung Raya juga dihadapkan pada problematika penanganan sampah akibat terbakarnya TPA Sarimukti. Hal ini menyebabkan proses pengangkutan sampah rumah tangga terhenti sejak beberapa minggu terakhir.
 
Cissy menyebut mmasalah ini juga bisa berdampak pada kesehatan saluran pernapasan. Dia menjelaskan bau dari sampah yang tertimbun lama akan terjadi dekomposisi dan menghasilkan gas, salah satunya gas metan (CH4).
 
Selain itu, akibat pembusukan gas dari sampah yang membusuk, yaitu gas ammonia (NH3) dan hydrogen sulfida (H2S) akan berpotensi mencemari udara.
 
“Pencemaran udara oleh gas tersebut akan mengakibatkan kualitas udara menurun dan menurut beberapa laporan dapat mengakibatkan berbagai penyakit yang berbahaya, seperti sesak napas, nyeri dada, bronkitis, pneumonia, dan kambuhnya asma," tutur dia.
 
Dia menegaskan untuk mengatasiny bisa tetap melaksanakan protokol kesehatan seperti selama pandemi covid-19. Misalnya, memakai masker, cuci tangan, menghindari kerumunan, mengurangi keluar rumah, namun tidak perlu sampai lockdown.

Peran akademisi diperlukan

Peran akademisi diperlukan untuk berkontribusi memberikan solusi dalam penanganan dampak kesehatan pernapasan akibat polusi udara. Masalah ini tak akan selesai bila tidak ada upaya serius dalam menanggulanginya.
 
Salah satu fokus pada kesehatan saluran pernapasan adalah RESPIRE. RESPIRE merupakan unit penelitian global yang dibiayai National Institute for Health and Care Research dari Inggris yang berfokus pada kajian kesehatan saluran pernapasan (respiratory health) di Asia.
 
RESPIRE yang berada di University of Edinburgh, Skotlandia, telah berkolaborasi dengan empat negara di Asia, yaitu Bangladesh, India, Malaysia, dan Pakistan sejak 2016. Kolaborasi ini dinilai berhasil dan mendapat penghargaan untuk melaksanakan riset hingga 2026 dengan mengajak tiga negara lainnya, yaitu Bhutan, Indonesia, dan Sri Lanka.
 
Universitas Padjajaran menjadi salah satu mitra RESPIRE dari Indonesia. Visi dari RESPIRE adalah menurunkan jumlah kematian dan memperluas impact kesehatan dan sosial dari penyakit saluran pernapasan di sebagian dunia dengan populasi yang paling dirugikan di dunia.
 
Salah satu wujud kerja sama Unpad dan University of Edinburgh dalam upaya kontribusi untuk masalah kesehatan pernapasan adalah melalui penyelenggaraan pertemuan ilmiah.
Cissy menyampaikan ada dua agenda yang akan digelar dalam waktu dekat, yaitu Mini Simposium bertajuk “Air Pollution and Health” yang digelar daring pada Senin, 19 September 2023.
 
Kegiatan ini menghadirkan tiga pembicara utama, yaitu Profesor University of Edinburgh Prof. Harry Campbell, dosen FK Unpad Dr. Ardini Raksanagara, dr., MPH., serta dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada Dr. Rina Triasih, M.Med(Paed), Sp.A(K), PhD.
 
Selanjutnya, agenda puncak kolaborasi tersebut, yaitu “RESPIRE Annual Scientific Meeting 2023 External Showcase Programme” yang akan digelar di Hotel Mercure Lengkong Besar, Bandung pada 27 September 2023.
 
“Acara ini akan diikuti 120 peserta dari luar negeri dan Indonesia,” kata Cissy.
 
Baca juga: Patut Dicontoh, Begini Cara Unpad Kelola Sampah Secara Mandiri

Kuliah di kampus favorit dengan beasiswa full kini bukan lagi mimpi, karena ada 426 Beasiswa Full dari 21 Kampus yang tersebar di berbagai kota Indonesia. Info lebih lanjut klik, osc.medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan