Koko, sapaan karib Noviantoro, menuturkan lupus sebagai penyakit autoimun membuat sel darah putih yang seharusnya melindungi tubuh dari infeksi justru menyerang sel hingga organ. Penyakit lupus dapat menyerang berbagai organ tubuh manusia seperti kulit, sendi, ginjal hingga otak sehingga dapat mencapai level fatal bila tidak ditangani dengan serius.
Dia menyebut lupus dapat menyerang siapa pun, tetapi perempuan memiliki risiko lebih tinggi. “Kurang lebih 90 persen pasien lupus adalah perempuan di rentang usia 15-44 tahun,” kata Koko dalam talkshow edukasi kesehatan dengan tema “Kenali Lupus: Deteksi Lebih Dini, Hidup Lebih Baik” dikutip dari laman ugm.ac.id, Selasa, 13 Mei 2025.
Penyebab lupus sampai kini belum dapat diketahui dan gejalanya cenderung beragam. Ini membuat deteksi lupus perlu penyelidikan lebih lanjut. Ia menyebut lupus memiliki beragam gejala dan cenderung mirip dengan penyakit-penyakit lainnya.
Baca juga: Mahasiswa ITS Gagas Hemoglobest, Detektor Hemoglobin untuk Penderita Lupus |
Koko menerangkan gejala pertama yang bisa dikenali dari penyakit ini dengan munculnya malar rash atau butterfly rash. Gejala ini merupakan ruam berwarna kemerahan di wajah yang membentuk seperti kupu-kupu.
Gejala lain yang dapat ditemui pada pengidap lupus adalah radang sendi, rambut rontok, dan sariawan berulang. “Namun, perlu diingat, kondisi-kondisi ini bukan indikator pasti seseorang terkena lupus sehingga tetap perlu konsultasi ke dokter untuk memastikan,” papar dia/
Meksi Lupus tidak dapat dicegah dan disembuhkan, namun Koko menyebut ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terkena lupus. Misalnya, menerapkan gaya hidup sehat, menghindari pemicu lupus, dan melakukan kontrol kesehatan ke dokter secara berkala.
Sedangkan, pengobatan lupus dapat melalui terapi dan non terapi serta hanya dapat digunakan untuk meredakan keluhan, mencegah munculnya gejala, dan menghambat perkembangan penyakit. “Walaupun tidak dapat disembuhkan, dengan pemberian tindak lanjut dan pengobatan yang tepat, penderita lupus dapat hidup normal seperti biasanya,” ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News