Jakarta: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) memastikan tidak mengimpor tenaga pengajar untuk perguruan tinggi di Indonesia. Mendatangkan dosen asing ditujukan hanya sebagai profesor tamu.
"Dosen kok diimpor? Enggak ada itu! Adanya kita kan kerja sama, ada join research atau profesor tamu. Itu saja," tegas Sekretaris Jenderal (Sesjen) Kemenristekdikti Ainun Na'im usai menghadiri Peresmian SIMPEL dan Sosialisasi bagi Kalangan Perguruan Tinggi di Gedung Krida Bhakti Setneg, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Selasa, 24 April 2018.
Sedangkan Dirjen Sumber Daya Iptek dan Dikti (SDID) Kemenristekdikti Ali Ghufron Mukti membantah perguruan tinggi Tanah Air akan mengimpor dosen dari luar negeri. Kehadiran dosen asing itu menggunakan skema program World Class Professor (WCP).
WCP merupakan skema khusus yang disediakan Kemenristekdikti sejak 2017 bagi dosen kelas dunia, baik asing maupun dalam negeri dengan tujuan meningkatkan kualitas penelitian melalui jalur kolaborasi. Mereka yang datang dipastikan profesor kelas dunia, bukan sekadar profesor berkewarganegaraan asing.
Baca: Kemristekdikti Diminta tak Buru-buru Impor Dosen
Program WCP diharapkan dapat memajukan iklim dan ekosistem riset di perguruan tinggi dalam negeri. Dalam program tersebut, para dosen di perguruan tinggi dalam negeri dapat berkolaborasi dengan profesor kelas dunia guna menghasilkan temuan-temuan baru.
"Jangan salah, banyak sekali dosen kita yang juga diminta mengajar dan meneliti di berbagai kampus luar negeri. Saya pun memiliki pengalaman serupa, seperti mengajar, meneliti, dan menguji di berbagai kampus kelas dunia," tegas Ali.
Rumor impor dosen mencuat ketika Menristekdikti Mohamad Nasir berencana mendatangkan sekitar 200 tenaga dosen asing. Wacana itu muncul menyuusl terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing.
Langkah tersebut diyakini mampu memfasilitasi dan mempermudah dosen-dosen asing mengajar di Indonesia. Ratusan dosen asing dinilai mampu menggenjot pendidikan Indonesia sehingga memiliki reputasi terbaik di dunia.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id