Ilustrasi PTM Terbatas di Jakarta. Foto: Medcom.id/Ilham Pratama Putra.
Ilustrasi PTM Terbatas di Jakarta. Foto: Medcom.id/Ilham Pratama Putra.

Nadiem Sebut PTM Terbatas Mengubah Sikap Anak

Ilham Pratama Putra • 04 November 2021 15:04
Jakarta: Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim mengatakan, terdapat perbedaan anak yang telah kembali mengikuti Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas. Menurutnya, siswa yang masih melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) mengalami kesulitan bersosialisasi.
 
"Yang belum memiliki kesulitan percaya diri dan yang sudah itu bisa berkomunikasi dengan baik," tutur Nadiem dalam webinar Hari Inspirasi OASE: Bergerak Bersama Menuju PAUD Berkualitas, Kamis, 4 November 2021.
 
Nadiem mengaku punya pengalaman tersendiri. Nadiem memiliki dua anak yang saat ini berada di usia jenjang Pendidikan Dasar Usia Dini (PAUD). Pada saat masih PJJ, dia merasa anak sulit diatur, namun hal itu tak terjadi lagi ketika anak mulai ikut PTM terbatas.

"Dalam waktu satu minggu (PTM terbatas), anak-anak saya perilakunya menjadi berubah. Jadi jauh lebih manis, nurut, bahagia, tidak melawan-melawan," ungkapnya.
 
Menurut dia, perubahan drastis tersebut berasal dari dampak kehidupan bersosial anak di sekolah. Pasalnya, dalam satu komunitas tentunya terdapat peraturan dan perilaku orang yang berbeda-beda.
 
Baca: 3 Aksi untuk Pulihkan Pembelajaran PAUD
 
"Teori saya adalah dengan anak itu berada di suatu lingkungan, di mana dia bukan raja dan harus beradaptasi secara sosial dengan anak-anak lain yang belum tentu kenal dan guru yang mungkin mereka harus menerima dan tidak bisa kurang ajar. Pendidikan karakter dan survival dalam lingkungan komunitas, itu lah yang mengasah anak-anak saya," ujar dia.
 
Nadiem memahami bahwa pandemi covid-19 masih belum berakhir. Pertimbangan untuk mengizinkan anak ke sekolah pun tentu harus dipikirkan secara matang.
 
Namun, akhirnya Nadiem melepas anaknya ke sekolah. Nadiem menilai kehilangan kesempatan pembelajaran memiliki dampak yang lebih buruk dan permanen dari pada ancaman covid-19.
 
"Kepada orang tua, saya mengerti risiko 100 persen risiko kesehatan covid-19, saya mengerti bahwa saya mengirim anak saya yang masih kecil dan tidak divaksin itu ada risiko terpapar covid dan saya menerima risiko itu. Karena risiko yang saya rasakan kalau anak tidak sekolah lebih besar buat saya. Saya lakukan kalkulasi dan ambil keputusan (kirim anak ke sekolah)," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(AGA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan