"Covid-19 dan vokasi adalah bagian dari cerita baru dunia, di mana covid-19 mengubah ke arah yang lebih digital. Kita mengurangi pertemuan fisik menjadi komitmen melalui digital," ujar Mentan Syahrul dalam arahannya pada Indonesian Agriculture Forum 2020 melalui video conference, dikutip keterangan tertulis, Jumat, 1 Mei 2020.
Mentan berpesan, agar milenial vokasi pertanian Indonesia ke depannya harus memiliki empat hal dalam dirinya, yaitu memiliki karakter yang tidak mudah menyerah, memiliki kompetensi yang memadai dan mampu berkolaborasi dengan orang lain, kritis terhadap dirinya dan lingkungannya, dan yang terakhir adalah memiliki literasi yang mencukupi dalam bidang pertanian.
Kemampuan tersebut sangat dibutuhkan Indonesia dalam menghadapi tantangan pertanian yang semakin kompleks. Untuk saat ini, Indonesia memiliki keunggulan komparatif dibandingkan negara lain.
"Pertanian Indonesia adalah pertanian tropis yang komoditasnya tidak dimiliki negara lain", ujar Politikus Nasdem itu.
Hal ini merupakan peluang bagi milenial Indonesia untuk menjadikan Indonesia berjaya di masa yang akan datang, dengan terus mengasah diri dan membekali dengan empat hal tersebut.

(Foto: Dok. Kementan)
Senada dengan arahan Mentan Syahrul, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menyampaikan bahwa pendidikan vokasi pertanian ditujukan untuk membangun milenial pertanian Indonesia yang berkualitas, yang mampu menghasilkan job creator, dan job seeker.
Namun demikian, Kementan tidak dapat melakukan semua hal tersebut sendiri. Melalui pendidikan vokasi di Kementan, baik Politeknik maupun SMK PP, regenerasi petani terus dilakukan.
"Sinergi antar instansi terkait diperlukan untuk menghasilkan semakin banyak petani milenial," kata Dedi.
Kolaborasi yang perlu diperkuat adalah antara industri, akademisi, dan pemerintah. Dalam hal ini Kemendikbud, Bappenas, IPB dan KADIN yang turut hadir dalam forum virtual tersebut sepakat menyampaikan perhatian yang sama dalam menghasilkan enabling environment untuk menghasilkan semakin banyak petani muda atau pengusaha pertanian milenial.
Salah satu hal yang cukup menarik diperlihatkan oleh KADIN pada pemaparannya, khususnya saat membahas Kompartemen Hortikultura. Mereka saat ini sedang mengembangkan close loop atau rantai pasok terkendali (secured supply chain) yang nantinya akan mengamankan para stakeholder, khususnya petani untuk tetap memperoleh harga yang pantas.
Dalam close loop tersebut, KADIN berkolaborasi dengan perusahaan dan instansi terkait lainnya dalam mengelola pasokan produk-produk hortikultura. Mulai dari hulu sampai hilir.
"Kami siap berkolaborasi dengan Politeknik Kementan dan instansi lainnya dalam mengembangkan model close loop ini", ujar Ketua Kompartemen Hortikultura KADIN Karen Tambayong.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News