Penghargaan diberikan pada acara pembukaan BRIN-LDE Academy yang diselenggarakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Universitas Leiden-Delft-Erasmus (BRIN-LDE Academy) di Serpong, Tangerang Selatan, pada Senin, 31 Oktober 2022.
Tahun ini, LDE perdana memberikan penghargaan Medali Bosscha untuk peneliti yang diusulkan oleh profesor dari masing-masing universitas. Pengusul Taniawati dalam penghargaan ini adalah Maria Yazdanbaksh dari Leiden University Medical Centre (LUMC).
Taniawati menyampaikan rasa senang dan bangga kerja sama yang telah terjalin selama lebih dari 30 tahun dengan Maria Yazdanbakhsh dari LUMC mendapatkan apresiasi.
"Terakhir saya ambil kutipan dari Helen Keller yang berbunyi Alone we can do so little, together we can do so much. Kerja sama ini dapat terlaksana karena adanya kontribusi dari banyak orang, baik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia maupun dari Leiden University Medical Center. Terima kasih untuk itu semua,” ujar Tania dalam keterangan tertulis, Selasa, 1 November 2022.
Taniawati merupakan guru besar Parasitologi FKUI yang memiliki kepakaran di bidang filariasis dan kecacingan. Dari beberapa riset, Taniawati berhasil meraih berbagai penghargaan atas program penelitian dan usahanya dalam mengurangi angka penyakit filariasis (kaki gajah) di Indonesia, salah satunya dari Bill Melinda Gate Foundation (BMGF).
Di tingkat nasional, Taniawati adalah anggota Gugus Tugas untuk Program Filariasis Limfatik yang berafiliasi dengan World Health Organization (WHO). Melalui kapasitas ilmiahnya, Taniawati telah melakukan riset-riset lainnya, seperti penelitian perubahan pola penyakit dari penyakit menular (eliminasi penyakit cacingan, filariasis, malaria) ke penyakit tidak menular yang sekarang ini sedang dialami banyak negara termasuk Indonesia.
Selain itu, dia juga mampu mengumpulkan data-data ilmiah mengenai beberapa kelompok penyakit dari populasi terabaikan sebagai bentuk kontribusi terhadap kemajuan kesehatan masyarakat di kawasan terpencil di Indonesia.
Penyerahan penghargaan yang telah didapatkan ini diberikan langsung oleh Dekan Leiden-Delft-Erasmus Universities Wim van den Doel. Penerimaan penghargaan diwakili oleh staf pengajar Departemen Parasitologi FKUI, Yenny Djuardi.
“Saya sangat mengapresiasi Wim van den Doel yang telah memilih saya untuk menerima penghargaan ini. Penghargaan ini tentu saja menjadi simbol long-lasting collaboration antara tim saya dari dari FKUI dan Maria Yazdanbakhsh dari LUMC," ujar Taniawati.
Dia juga mengucapkan terima kasih kepada Maria dan Dekan FKUI Ari Fahrial Syam serta Kepala Departemen Parasitologi FKUI, Anna Rozaliyani atas dukungannya selama ini.
"Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada tim yang sudah bekerja keras dan atas dedikasinya dalam mewujudkan kolaborasi ini. Terakhir, saya ucapkan terima kasih kepada keluarga yang selalu memberikan support pada karir saya,” ujar dia.
Kemitraan antara FKUI dan LUMC telah dimulai sejak 1989. Saat itu, Taniawati Supali dan Maria Yazdanbakhsh (Guru Besar LUMC sekaligus Ajunct Profesor FKUI) melakukan kerja sama penelitian untuk pertama kalinya di daerah Sumatra.
Kemitraan ini menghasilkan banyak penelitian di berbagai daerah di Indonesia. Selain itu, kemitraan antara FKUI dan LUMC juga semakin meluas dengan adanya program pertukaran mahasiswa antar kedua institusi.
Dekan FKUI Ari Fahrial Syam turut hadir pada penyerahan penghargaan tersebut. Dia mengucapkan selamat kepada Taniawati atas penghargaan Boscha Medal yang berhasil diraih.
Pencapaian ini melengkapi sejumlah penghargaan yang berhasil beliau terima atas dedikasi dan pengabdiannya di bidang riset penyakit akibat parasit. Khususnya, kaki gajah di Indonesia.
"Saya berharap prestasi ini dapat menginspirasi seluruh sivitas FKUI untuk terus memberikan dampak positif bagi kemajuan kesehatan Indonesia dan dunia,” ujar dia.
Baca juga: Top! 12 Dosen dan Peneliti UI Masuk Daftar Ilmuwan Paling Berpengaruh di Dunia |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News