"Pada generasi ke-6 ini, yaitu berupa tanaman padi yang lebih pendek umurnya," kata Ketua Tim Peneliti Beras Hitam yang juga Wakil Rektor 1 UNS, Sutarno di Solo, Rabu, 26 September 2018.
Ia mengatakan, selama ini usia panen beras hitam memang lebih lama jika dibandingkan dengan usia panen padi biasa. Jika usia panen padi biasa sekitar tiga bulan, untuk padi hitam ini sekitar 4-6 bulan.
"Tetapi dari riset generasi ke-5, sudah bisa diperpendek lebih dari tiga minggu. Kami terus berupaya memperbaiki hasil riset beras hitam ini," Sutarno seperti dikutip dari Antara.
Ia mengatakan, kemajuan yang ditemukan pada generasi ke-5 juga menyangkut fisik tanaman padi. Menurut dia, saat ini batangnya makin pendek, sekitar 15-20 centimeter sehingga lebih kokoh ketika ada terpaan angin.
"Pasalnya, kalau tanaman terlalu tinggi maka berisiko roboh jika terkena angin. Peneliti dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan Fakultas Pertanian (FP) UNS sangat tertarik mengembangkan varietas beras hitam ini," katanya.
Menurut dia, selain varietas lokal, beras hitam juga belum banyak dibudidayakan petani. "Padahal beras hitam dikenal baik untuk kesehatan karena mengandung antosianin yang tinggi yang bermanfaat untuk antioksidan dan antikolesterol. Tiap 100 gram beras hitam, kandungan antosianinnya mencapai 200-400 miligram," ujar Sutarno.
Baca: UNS Kritisi Turunnya Animo akan Warisan Seni
Ia mengatakan, untuk mengembangkan varietas beras hitam, dalam prosesnya menggunakan iradiasi untuk memperpendek masa tanam. "Selain masa tanam lebih pendek, verietas beras hitam yang dikembangkan UNS tersebut juga aman untuk penderita diabetes, namun tetap pulen dan wangi. Pada prinsipnya, para peneliti di UNS terus mengembangkan varietas unggulan
beras hitam, salah satunya dengan iradiasi yang merupakan kerja sama dengan
Badan Tenaga Atom Nasional (Batan)," ungkap Dia.
Adapun, ICFSE bertujuan untuk memfasilitasi akademisi, peneliti, pembuat kebijakan, lembaga pemerintah, dan swasta dalam mengungkapkan berbagi pengetahuan serta pengalaman mereka mengenai topik atau permasalahan terkini, juga tantangan ke depan terkait dengan ilmu pangan dan rekayasa proses.
Sebanyak tujuh pakar dari berbagai negara menjadi pembicara dalam ICFSE 2018 yang diselenggarakan di Solo Paragon Hotel and Residence pada Selasa, 25 September hingga Rabu 26 September 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News