"Jangan buru-buru, siapkan konsepnya dengan baik dan bicarakan dengan perguruan tinggi dan mahasiswa," kata Andreas kepada Medcom.id, Jumat, 21 Agustus 2020.
Menurut Andreas, program ini juga belum tersampaikan dengan baik ke tengah masyarakat. Makanya, masih ada polemik, dan perlu penjelasan yang lebih komprehensif.
"Kalau semua jelas, masyarakat menerima dengan baik, kampus juga menerima dengan baik. Karena memang niatnya baik untuk kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia," ujarnya.
Andreas mengatakan, ada sebagian pihak yang menganggap model pendidikan program Komcad sebagai upaya militerisasi di kampus. Anggapan ini mesti diluruskan lewat sosialisasi mulai dari materi, pelaksanannya, kemudian siapa yang melakukan.
Baca: Pengamat: Pendidikan Militer Bagi Mahasiswa Belum Diperlukan
"Jangan sampai ada kesan, muncul dugaan ada militerisasi di kampus. Itu harus dihindari betul, karena sebagian kita sudah trauma dengan hal-hal demikian," terangnya.
Andreas juga menganggap program ini masih setengah hati. Sebab, Komcad masih bersifat sukarela bagi mahasiswa dan masuk sistem kredit semester (SKS). Ia menyebut, target program ini sulit tercapai karena hanya seperti mata kuliah pilihan.
"Ini saya menilai begini, kenapa dibuat sukarela? karena jangan-jangan yang mau melaksanakan setengah berani, setengah-setengah. Kalau tujuannya baik kenapa tidak dilakukan ke semua mahasiswa, konsepnya seperti apa silakan," tuturnya.
Komcad merupakan program yang bakal memberikan pendidikan militer kepada warga negara berusia 18-35 tahun. Komcad disiapkan untuk pengerahan melalui mobilisasi. Tujuannya, memperbesar dan memperkuat TNI dalam menghadapi ancaman militer.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id