Dosen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM) ini banyak mengelilingi daerah 3T dan mendampingi mahasiswa KKN di berbagai daerah di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, ia menghabiskan waktu di Pulau Alor dan Pulau Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT). Salah satu pulau paling selatan di kepulauan Indonesia.
Selama di NTT, Widya tak mau cuma berdiam diri dan memantau mahasiswa KKN. Dia ikut mengedukasi dan memberdayakan kaum perempuan di desa terpencil tersebut.
Ia mengajak ibu rumah tangga bisa menghasilkan produk UMKM yang bisa dijual ke wisatawan yang berkunjung ke objek wisata tebing bebatuan eksotis di pulau tersebut.
“Memang tidak mudah, tapi terus kita lakukan setiap penerjunan mahasiswa KKN,” kata Widya dikutip dari laman ugm.ac.id, Rabu, 24 April 2024.
Widya bersama tim juga ikut terlibat meningkatkan derajat kesehatan dan ekonomi warga yang terkena dampak pandemi covid-19 dan bencana badai seroja. Beberapa pencapaiannya meliputi pengolahan air hujan menjadi air alkali dan air basa, Waste Edu Center Rai Hawu, pemanfaatan sumber daya alam hayati, pengembangan sains dan teknologi, dan lainnya.
Hal lain yang membikin Widya sumringah, terjadi tren penurunan pada angka perkawinan anak dari 10,82 persen di 2018 menjadi 8,06 persen di 2022. Bagi Widya, memberdayakan perempuan juga berarti melakukan pemberdayaan pada seluruh anggota keluarganya.
Widya berpesan kepada siapa pun yang ingin melakukan pengabdian untuk melepaskan sifat subjektif dan keegoisan dengan ikut menyelami kehidupan masyarakat secara langsung.
“Saya rasa penting untuk mengosongkan diri, gunakan bahasa dan persepsi mereka, jangan mengikuti kemauan diri sendiri,” pesan Widya.
Widya menuturkan PSW UGM bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) untuk program pemberdayaan perempuan dan perlindungan. Hal itu dengan terus melakukan kajian untuk memberikan informasi, masukan maupun rekomendasi kepada pemerintah daerah, KemenPPPA, serta kepada masyarakat luas.
Dia menilai pendekatan holistik sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan pemberdayaan perempuan. Hal ini tidak hanya berdampak pada individu perempuan itu sendiri, tetapi juga pada keluarga dan masyarakat secara keseluruhan.
“Dengan memberdayakan perempuan secara menyeluruh, akan tercipta kesetaraan dalam berbagai aspek kehidupan, sehingga masyarakat dapat berkembang,” kata dia.
Baca juga: Berawal dari Susah Cari Baju Hamil, Kini Punya Bisnis Beromzet Ratusan Juta |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News