Ditemui usai pertemuan, Nasir mengatakan, salah satu agenda pertemuan adalah mengajak para rektor dan pimpinan lembaga pendidikan tinggi untuk membantu meredakan kondisi agar menjadi kondusif. "Agar suasana dan situasi menjadi teduh dalam pelantikan DPR maupun presiden," kata Nasir usai pertemuan dengan rektor PTN di Gedung Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Jakarta, Senin, 30 September 2019.
Dalam pertemuan tersebut, kata Nasir, dirinya mengimbau rektor agar mau mengajak mahasiswa tak kembali turun ke jalan untuk menggelar demonstrasi. Sebab tuntutan mahasiswa sudah dikabulkan, yakni penundaan pembahasan Rancangan Undang-undang (RUU) yang kontroversial.
“Saya harapkan mereka tidak melakukan demo. Yang didemokan apa? Tuntutan mereka untuk pemerintah sudah ditunda pada RUU itu dan tidak dibahas oleh anggota DPR. Harusnya tidak ada lagi (demo),” kata guru besar Undip ini.
Tuntutan mahasiswa terkait RUU yang diperdebatkan, kata Nasir, bisa didialogkan. "Untuk itu saya minta rektor mengajak dialog mahasiswa. RUU kan sudah ada di mana-mana, bisa dibahas, apa masukannya, keinginannya, apa yang belum masuk, sehingga itu bisa jadi masalah yang bisa diselesaikan," terang Nasir.
Ia memahami, bahwa demonstrasi adalah hak menyuarakan pendapat dan aspirasi yang dijamin oleh undang-undang. Namun, ada jalan lain yang dapat ditempuh untuk menyampaikan aspirasi, yakni dengan cara berdialog dan duduk bersama, difasilitasi oleh rektor.
“Mahasiswa demo hak mahasiswa. Tapi jangan dikerahkan. Lebih baik rektor mengajak diskusi dan dialog bersama. Jadi ajaklah mahasiswa di kampus kegiatan yang produktif,” ujar Mantan Rektor Terpilih Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News