"Kita tidak bisa menunggu lagi dan mengorbankan pembelajaran dan kesehatan mental dari pada murid-murid kita," kata Nadiem dalam Talkshow daring Memperingati Hari Pendidikan Nasional melalui Siaran YouTube PDI Perjuangan, Rabu, 5 Mei 2021.
Nadiem juga mengatakan, banyak sekali orang tua yang merasa kesehatan mental anaknya sudah sangat rentan selama PJJ. Sehingga untuk mengembalikan siswa ke sekolah menjadi opsi yang sangat penting.
"Keputusan apakah anak itu pergi sekolah tatap muka atau melanjutkan PJJ itu ada di orang tua. Tetapi sekolah diwajibkan melaksankan tatap muka terbatas, memberikan opsi tatap muka terbatas kepada semua muridnya pada saat gurunya sudah divaksinasi," kata Nadiem.
Ada berbagai penyebab kesehatan mental siswa menjadi rentan selama PJJ. Di antaranya mengalami kebosanan di dalam rumah hingga siswa kesepian dan mengalami depresi karena tidak bertemu dengan teman-teman dan gurunya.
Baca juga: Nadiem: Kualitas PJJ Terus Menurun
Belum lagi ditambah stres yang disebabkan terlalu banyak berinteraksi di rumah dan minim interaksi di luar rumah. Nadiem mengaku pihaknya juga menerima laporan siswa mengalami berbagai macam kekerasan domestik selama di rumah.
Maka itulah secara perlahan sekolah tatap muka dikembalikan. Tentu saja dengan protokol kesehatan yang ketat, seperti kapasitas maksimal adalah 50 persen kapasitas, dan juga tidak ada aktivitas di luar pembelajaran sendiri.
"Jadinya masuk sekolah, tidak ada ekstrakurikuler dan tidak ke kantin. Masuk sekolah dan langsung pulang dan setengah dari kapasitas kelasnya itu tidak bisa di satu ruangan, di saat yang sama. Di semua sekolah untuk melakukan tatap muka harus melakukan proses rotasi. Tentunya masker itu wajib. Fasilitas sanitasi juga wajib, checklist-nya juga sangat jelas gitu," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News