"Awalnya saya ragu dari sekian banyak mahasiswa (yüksek lisans) master dan doktoral, mengapa justru saya yang lisans (sarjana) ditunjuk pihak YTB untuk memberikan pidato kelulusan," ujarnya, Jumat, 5 Juli 2019.
Ia mengaku bangga bisa membawa nama Indonesia di ajang tahunan seremoni wisuda terbesar di Turki. "Walau saya dari Indonesia, pidato yang saya sampaikan sifatnya mewakili seluruh wisudawan dari berbagai negara. Bukan mewakili Indonesia. Pihak YTB percaya dan saya diamanahi untuk berbicara di podium," kata dia.
Sebelum dipercaya menyampaikan pidato kelulusan, Imam awalnya ditawari pihak YTB ikut dalam proyek pembuatan video pendek bersama mahasiswa asing dari Afrika, India, Pakistan dan Georgia. Dalam video itu ia menyampaikan mengenai kekayaan alam serta potensi yang dimiliki masing-masing negara.
Imam mengaku bercita-cita menggali lebih dalam sejarah Indonesia. Itu terwujud dalam tugas akhirnya tugas akhir dengan membuat kompilasi bibliografi tentang sumber-sumber yang bisa dipakai untuk meneliti hubungan Kesultanan Turki Utsmani-Indonesia.
"Tujuan saya membuat kompilasi sumber ini untuk membantu peneliti Indonesia maupun Turki yang ingin lebih dalam membahas mengenai hubungan kedua belah pihak di masa lalu," ujar mahasiswa yang menghabiskan masa kecilnya di Madura itu.
Presiden Erdogan dalam kesempatan tersebut memberi pesan kepada para wisudawan serta pelajar asing yang hadir untuk terus belajar dan bekerja keras membangun negara sekembalinya dari menuntut ilmu di Turki. Dia juga berharap mahasiswa asing yang telah berhasil menyelesaikan studinya di Turki agar bisa membantu hubungan kedua negara di masa mendatang.
"Turki akan siap membantu dan selalu terbuka bagi mahasiswa asing yang ingin menuntut ilmu di sini," katanya.
Penulis adalah Farah Fuadona. Mahasiswa Indonesia yang tengah merampungkan studi di Ankara Haci Bayram Veli Universitesi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News