"Ambassadors of UPH sendiri merupakan bagian dari Satgas PPKS UPH. Maka dari itu, kami dengan tegas turut menolak dan mengajak bersama-sama mahasiswa yang lain untuk memerangi kekerasan seksual di kampus," kata anggota Tim Satgas PPKS UPH, Angela Rosari, melalui keterangannya, Rabu, 13 Maret 2024.
Angela menuturkan pihaknya intensif menggandeng Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA). Hal ini guna membangun pengetahuan bentuk-bentuk kekerasan seksual.
"Kami juga turut aktif berdiskusi dengan KemenPPPA dalam pembuatan modul serta membahas mengenai isu-isu kekerasan seksual di kampus,” kata Angela.
Deklarasi ini dintadai dengan menempelkan telapak tangan yang dilumuri cat berwarna ke sebuah papan. Pihak rektorat juga mendukung aksi deklarasi mahasiswa.
"Kami dari rektorat mendukung 100 persen kampanye yang dimulai dari kalangan mahasiswa ini. Gerakan tidak harus selalu dari atas, tetapi juga bisa dari bawah supaya semakin meningkatkan kepedulian dari mahasiswa itu sendiri," tutur Associate Provost for Faith and Learning Integration UPH, Hendra Thamrindinata.
Deklarasi UPH Bebas dari Kekerasan Seksual ini sangat penting dilakukan. Sebab, kekerasan seksual masih dipandang sebelah mata oleh banyak orang.
Selain itu, masih banyak korban kekerasan seksual yang merasa takut untuk mengekspresikan bahwa mereka adalah korban. Deklarasi ini menjadi pertanda seluruh komunitas di UPH bisa menjadi garda terdepan dalam mengatasi kekerasan seksual.
“Kami berharap teman-teman mahasiswa, dosen, dan juga para staf di UPH mempunyai kesadaran bahwa kekerasan seksual sangat bisa terjadi di sekitar kita. Kita sebagai komunitas harus bergandengan tangan untuk menghadapi dan mengawal kekerasan seksual yang terjadi di sekitar kita,” tegas mahasiswi prodi Ilmu Komunikasi UPH angkatan 2021, Dominique Dolpin.
Baca juga: Pencegahan Kekerasan terhadap Anak Menuntut Keseriusan semua Pihak |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News