Acara bertema “Thriving Through Lifelong Learning in the AI Era” ini mengungkap data prestasi yang mengagumkan: 28 persen lulusan telah membangun usaha sendiri, baik bisnis berbasis STEM maupun model tradisional. Selain itu, 40 persen telah bekerja di perusahaan multinasional dan nasional, 5 persen melanjutkan studi, serta 27 persen lainnya sedang menjalani program magang atau proses rekrutmen. Angka ini mencerminkan daya saing tinggi lulusan kampus bisnis berbasis STEM yang adaptif dan progresif.
Untuk membekali para lulusan, universitas menghadirkan pembicara utama inspiratif, Prof. (H.C.UA) Carina Citra Dewi Joe, Ph.D., ilmuwan Indonesia yang berkontribusi pada vaksin AstraZeneca. Dalam pidatonya, Prof. Caria menekankan pentingnya lifelong learning atau pembelajaran sepanjang hayat sebagai kunci sukses di era percepatan teknologi. “AI adalah alat kuat, namun dampaknya akan bermakna jika digunakan dengan kreativitas, intuisi, dan tanggung jawab manusia,” tegasnya.
Rektor Universitas Prasetiya Mulya, Dr. Hassan Wirajuda, menambahkan bahwa keunggulan lulusan terletak pada keseimbangan kompetensi teknologi, pemikiran bisnis strategis, dan nilai-nilai kemanusiaan. “AI tidak dapat menggantikan empati dan kebijaksanaan manusia. Inilah fondasi pendidikan kami,” ungkapnya.
Acara yang turut dihadiri oleh perwakilan LLDIKTI dan Yayasan Prasetiya Mulya ini juga dimeriahkan oleh pertunjukan budaya Nusantara. Prosesi mangulosi kepada Prof. Carina Joe menjadi simbol bahwa pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus tetap berpijak pada nilai kemanusiaan.
Dengan penyelenggaraan wisuda ini, Universitas Prasetiya Mulya tidak hanya merayakan kelulusan akademik, tetapi juga menegaskan perannya sebagai sekolah bisnis berbasis STEM yang berkomitmen mencetak pemimpin masa depan yang siap memberikan kontribusi nyata bagi dunia usaha, industri, dan pembangunan nasional di tengah tantangan era AI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News