Ilustrasi anggota KPPS. Medcom.id/Ahmad Mustaqim
Ilustrasi anggota KPPS. Medcom.id/Ahmad Mustaqim

Pakar Unair Bagikan Tips Buat Anggota KPPS Agar Tetap Sehat

Renatha Swasty • 13 Februari 2024 11:37
Jakarta: Tugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dalam Pemilihan Umum (Pemilu) pada Rabu, 14 Februari 2024 cukup berat. Berkaca pada pemilu sebelumnya, sebanyak 894 anggota KPPS meninggal dunia karena kelelahan.
 
Hasil analisis Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyebut penyebab utama meninggalnya ratusan anggota KPPS karena riwayat penyakit bawaan dan beratnya beban kerja. Dokter sekaligus dosen di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair), Andrianto, menyebut meskipun kini anggota KPPS telah menunjukkan surat keterangan sehat saat mendaftar, bukan berarti kejadian tersebut tidak akan terulang.
 
Andrianto mengatakan surat tersebut tidak banyak menjamin. Mengingat, kebanyakan penyakit bawaan, terutama kardiovaskular bersifat asymptomatic.

“Penyakit-penyakit kardiovaskular sendiri banyak asymptomatic atau tanpa gejala, itulah yang harus menjadi kewaspadaan,” kata Andrianto dikutip dari laman unair.ac.id, Selasa, 13 Februari 2024.
 
Dia mengatakan seseorang untuk bisa melakukan pekerjaan ekstra harus memiliki kesiapan fisik dan mental. Kesiapan tersebut bermula dari sebelum hingga berakhirnya pelaksanaan tugas anggota KPPS.
 
Andrianto mengingatkan jangan sampai kelelahan sebelum hari pelaksanaan. Meskipun, ia mengakui persiapannya tidaklah ringan.
 
Dia menyebut perlu manajemen waktu istirahat yang baik, tahu kapan waktu kerja, dan kapan waktunya istirahat. Hal yang sama juga berlaku saat pelaksanaan pemilu.
 
Meskipun istirahat dan beban saat penyelenggaraannya tidak seimbang, KPPS bisa menyiasati waktu sedemikian rupa untuk memulihkan tenaga walau sebentar.
 
“Harus juga mengatur beban agar tidak berlebihan. Pengaturan jam istirahat harus sedemikian rupa sehingga tubuh ada fase untuk recovery,” papar dia.
 
Kemudian, anggota KPPS juga mesti menjaga kecukupan gizi. Dia tidak menyarankan doping, istilah yang masyarakat kenal dengan mengonsumsi obat-obatan tertentu untuk memperkuat tubuh selama bertugas.
 
“Tidak perlu doping. Justru kalau sistem doping, tubuh tidak dalam keadaan fit, dan teraktivasi berlebihan, nantinya juga akan kontraproduktif,” ujar dia.
 
Terpenting, kenali diri sendiri. Andrianto menyebut tubuh akan mengirim sinyal bila sedang tidak fit.
 
Apabila sinyal itu mengganggu, seperti kecapaian, ngos-ngosan, dan berdebar, maka patut waspada dan segera kunjungi fasilitas kesehatan. “Semakin singkat kita memanfaatkan waktu, jantung kita tidak akan dalam keadaan yang lebih buruk,” tutur dia.
 
Selain itu, Andrianto berpesan ketika pingsan saat bertugas pertama-tama periksa lebih dahulu napas dan denyut nadinya. Apabila keduanya terdeteksi, pasien hanya perlu berbaring dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala selama 10 hingga 15 menit.
 
Dia mengatakan pasien seperti ini harus istirahat dan berlanjut pada pemeriksaan lebih detail di fasilitas kesehatan.
 
Kondisi tersebut akan berbeda ketika pasien berhenti bernapas dan nadi tidak terdeteksi, terlebih akibat henti jantung. Dia menyebut angka harapan hidup dari henti jantung sangat rendah, maka upaya penanganan harus segera terlaksana.
 
“Ketika upaya penyelamatan henti jantung bisa dilakukan dalam 20 menit, 1 dari 5 bisa selamat. Kalau berhubungan dengan kegawatan jantung, pembuluh darah, dan saraf, sangat berhubungan dengan kecepatan dan ketepatan penanganan,” ujar dia.
 
Baca juga: Kemenkes Sebut Pentingnya Tingkatkan Kesadaran K3 untuk Petugas Pemilu

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan