Berdasarkan hasil pengamatan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), pada siang hari suhu maksimum terukur hingga akhir September 2023 di beberapa wilayah mencapai kisaran antara 35,4° C hingga 38° C. Hal ini disebabkan minimnya tingkat pertumbuhan awan dan tingkat kelembapan udara yang rendah.
Indonesia berada pada daerah tropis sehingga hewan-hewan di Indonesia merupakan jenis hewan yang juga hidup di daerah tropis. Hewan-hewan ini terdiri atas berbagai hewan karismatik, seperti harimau, gajah, badak, hingga berbagai jenis burung, reptil, amfibi, ikan, serangga, dan sebagainya.
Ahli bidang biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UI itu mengatakan cuaca ekstrem berdampak signifikan terhadap berbagai jenis fauna. Misalnya burung-burung yang tinggal di pegunungan menjadi semakin sempit habitatnya karena pengaruh perubahan suhu yang semakin panas.
Jenis-jenis hewan eksoterm, seperti amfibi, hewan yang memiliki sensitivitas terhadap perubahan suhu. Apabila suhu terlalu panas, dapat mempengaruhi kondisi vital, seperti pencernaan, reproduksi, dan metabolisme serta kondisi ketersediaan air pada habitatnya yang mengalami kekeringan.
Dia mengatakan semakin minimnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan juga membuat fauna, seperti burung dan kupu-kupu diperkirakan dapat kehilangan habitatnya.
Selain itu, cuaca ekstrem akan berdampak pada ketersediaan pakan satwa tersebut.
Banyak hewan memanfaatkan tumbuhan yang tentunya turut terdampak akibat cuaca ekstrem dan menyebabkan kekeringan. Tumbuhan memiliki peran penting sebagai sumber makanan bagi hewan.
Produksi nektar dan buah dapat terpengaruh, termasuk juga pola musim berbunga dan berbuah dapat bergeser. Ini menyebabkan satwa harus dapat mencari alternatif sumber daya lain.
Nurul mengatakan fauna yang berpotensi migrasi seperti burung yang melakukan perjalanan musiman dari habitatnya yang mengalami musim panas ke musim dingin akan melakukan migrasi ke daerah yang lebih hangat seperti iklim tropis. Apabila musim dingin berakhir, kemudian akan kembali ke tempat habitat awal.
Sementara itu, hewan yang tinggal di daerah tropis, tidak terjadi migrasi. Namun, hewan tersebut membutuhkan persediaan sumber air yang cukup.
Pergerakan hewan mungkin terjadi untuk mencari tempat-tempat yang masih menyediakan makanan, sumber air, dan tempat berlindung. Kompetisi antar satwa kemungkinan dapat terjadi untuk memperebutkan sumber daya ini.
Sementara itu, cuaca ekstrem juga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kebakaran hutan yang mengancam hilangnya habitat bagi spesies yang hidup di hutan tersebut. Cuaca ekstrem juga dapat menyebabkan kekeringan pada habitat perairan, seperti rawa, sungai, danau, yang dapat mengancam keberadaan jenis-jenis ikan tertentu.
Apabila hal tersebut terjadi dapat berdampak juga pada siklus ekosistem satwa, seperti rantai makanan dan jaring jaring makanan. Nurul menuturkan apabila salah satu rantai makanan hilang akan memengaruhi tingkat trofik produsen, konsumen, dekomposer atau pengurai dan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem.
Ini dapat terjadi karena adanya perubahan sumber daya makanan yang dapat menyebabkan perubahan komposisi komunitas hewan dalam ekosistem tersebut. Ini berarti mengakibatkan kehilangan spesies tertentu atau peningkatan populasi organisme lain yang lebih dominan.
Nurul membagikan langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam jangka pendek untuk menanggulangi dampak cuaca ekstrem terhadap fauna, yaitu dengan menyediakan sumber air, mencegah kebakaran hutan, menanam pohon buah dan tanaman berbunga di perkotaan.
Sedangkan, dalam jangka panjang dapat melakukan restorasi dan proteksi habitat, menyediakan alternatif habitat. Khusus untuk kawasan perkotaan bisa dengan menyediakan ruang terbuka hijau, seperti taman, termasuk memanfaatkan halaman rumah dan konservasi sumber daya air.
Baca juga: El Nino Bisa Berdampak Bagi Kesehatan: Mulai dari Malaria, ISPA, hingga Depresi |
Kuliah di kampus favorit dengan beasiswa full kini bukan lagi mimpi, karena ada 426 Beasiswa Full dari 21 Kampus yang tersebar di berbagai kota Indonesia. Info lebih lanjut klik, osc.medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News