Semasa hidup, Pirous telah menapaki perjalanan panjang di dalam kariernya. Dia juga merupakan sosok terhormat yang banyak berjasa tidak hanya bagi ITB, namun bagi masyarakat, bangsa, dan negara.
"Keluarga besar ITB berkabung atas berpulangnya Prof. Abdul Djalil Pirous. Kita semua hadir di sini untuk memberikan penghormatan terakhir, penghargaan, atas darmabakti, dan cinta beliau kepada ITB," ujar Rektor ITB Reini Wirahadikusumah saat prosesi pelepasan jenazah dikutip dari laman itb.ac.id, Kamis, 18 April 2024.
Dilansir dari laman itb.ac.id, Abdul Djalil Pirous, atau yang dikenal dengan AD Pirous lahir pada 11 Maret 1932 di Meulaboh, Aceh. Dia merupakan seniman seni rupa di Indonesia, sekaligus perintis pendidikan desain grafis di ITB.
Dia juga merupakan pendiri studio seni dan desain bernama Decenta (1973-1983). AD Pirous menyelesaikan pendidikannya di Departemen Seni Rupa ITB pada 1964. Kemudian, melanjutkan studi tentang printmaking dan desain grafis di Rochester Institute of Technology, Rochester, New York, Amerika Serikat pada 1969.
AD Pirous kembali ke ITB pada 1972 sebagai Kepala Studio Desain Grafis Jurusan Desain ITB. Dua tahun kemudian, dia mendapatkan lukisan terbaik 1st Indonesian Biennale oleh Jakarta Art Council.
Tahun 1975, AD Pirous mendirikan DECENTA atau Design Center Association di Bandung. Setahun kemudian, dia meraih peringkat kedua lukisan terbaik Indonesian Biennale oleh Jakarta Art Council.
Dia ditunjuk sebagai dekan pertama FSRD ITB pada 1984. AD Pirous dikukuhkan sebagai Guru Besar Emeritus ITB sejak 2005.
Pada 1984, almarhum mendapatkan Silver Prize Seoul International Art Competition dari Kementerian Luar Negeri Republik Korea. Selanjutnya di 1985, dia meraih Piagam Hadiah Seni Seniman Kontemporer dari Kemendibkud Republik Indonesia.
Tak berhenti sampai situ, di tahun yang sama, Prof. Abdul Djalil Pirous menjadi Distinguished Visitor to the USA, yang diundang oleh Information Services USA.
Dia juga sempat ditunjuk menjadi perwakilan Indonesia dalam Printmaking Workshop Special Program for 3rd Asian Art Show Contemporary Asian Prints, Fukuoka Art Museum, Jepang pada 1989. A.D. Pirous juga merupakan pengajar senior Pascasarjana Seni Rupa dan Desain ITB yang membuka mata kuliah baru "Seni Rupa Modern di Asia Pasifik dan Asia Tenggara".
Pada 1991, dia ditunjuk sebagai Ketua Delegasi Indonesia untuk Komite Nasional untuk Asian International Art Exhibition. Dia juga sempat menjadi Deputi Direktur Contemporary Art Exhibition of the Non Aligned Countries, Kemdikbud RI pada 1994.
Dia juga merupakan anggota Ahli Konsorsium Universitas Seni Kemdikbud RI pada 1985.
Prof. AD Pirous menikah dengan Erna Garmasih, yang juga merupakan seorang pelukis ulung.
Erna merupakan alumni ITB dan pernah berkuliah di Perancis. Erna juga termasuk generasi kedua seniman perempuan di Indonesia. Pernikahan keduanya dikaruniai tiga orang anak, yakni Mida Meutia, Iwan Meulia, serta Raihan Muerila.
Di tahun 2003, pasangan ini mulai membangun rumah impian mereka di Bandung, yang rampung setahun kemudian. Pada 2017, mereka meresmikan galeri bernama "Serambi Pirous", yang menjadi tempat beraktivitas, berkarya, dan menampilkan karya seni mereka.
Karya Prof. Abdul Djalil Pirous
Prof. Abdul Djalil Pirous merupakan seniman lintas zaman di Indonesia. Dia memiliki berbagai pengalaman berkarya sejak masa kolonial, Orde Lama, Orde Baru, hingga reformasi. Atas karya-karyanya tersebut, menjadikannya sebagai seniman pembaru seni lukis modern dengan latar belakang karya Islam.Perjalanan kariernya dimulai sejak 1960. Karya-karyanya sudah dipamerkan ratusan kali dalam pameran berskala nasional hingga internasional.
Adapun pameran tunggal yang pernah dia gelar, antara lain Pameran Retrospektif I untuk karya 1960-1985 di TIM pada 1985 dan Retrospektif II untuk karya 1985-2002 di Galeri Nasional, Jakarta pada 2002.
A.D. Pirous mempunyai gaya lukis khas, yakni dengan tekstur dan warna-warna yang dibuat sangat terelaborasa dan sabar. Cara melukisnya mempunyai identitas tersendiri, yaitu dibuat dengan cara melapisi warna dengan pasta pualam dan pisau palet. Pembeda pameran itu yaitu Ayat-ayat Semesta yang berfokus pada gaya karya Pirous.
Pada 2010, seni modern dan abstrak di Asia Tenggara semakin mendapatkan tempat di dunia internasional. Hal ini membuat dia beserta pelukis lain, seperti Ahmad Sadali, Fadjar Sidik, dan Umi Dachlan semakin mendapatkan panggung di pasar seni internasional.
Pengaruh kaligrafi Islam
Salah satu keunikan Prof. Abdul Djalil Pirous adalah karyanya yang erat dengan kaligrafi Islam. Selain memberikan karya dengan konsep benda alam, lanskap, kehidupan sehari-sehari, dan figur binatang, dia memberikan perhatian khusus terhadap karya yang berhubungan dengan kaligrafi Islam.Karya pertamanya mengenai kaligrafi Islam diperkenalkan pada 1970 dengan menampilkan Surah Al Ikhlas: Pure Faith.
Awal mula dia berkarya dengan kaligrafi, yaitu saat melihat pameran fragmen keramik, manuskrip kuno Islam, kaligrafi Al-Qur'an, dan lukisan miniatur yang dipamerkan di Metropolitan Museum of Art, New York, Amerika Serikat sekitar tahun 1960-an.
Dari melihat objek-objek tersebut membuatnya teringat kampung halamannya di Aceh, yang memberikan pengaruh kepada karya-karyanya.
Berbagai lukisannya telah dipajang di koleksi Galeri Nasional Indonesia, Jakarta. Selain itu, dia juga mendesain ornamen untuk Gedung Bank Indonesia di Padang, Sumatera Barat.
Kecintaannya terhadap agama dan budaya Islam juga dibuktikan saat menjadi Wakil Ketua Festival Istiqlal I di Jakarta pada 1989 dan Wakil Ketua Mushaf Istiqlal Al-Qur'an Kementerian Agama Republik Indonesia pada 1990. Pada 1995, dia kembali menjadi Wakil Ketua Festival Istiqlal II di Jakarta.
Atas segala prestasinya, dia ditunjuk oleh Presiden Soeharto sebagai Profesor Seni Rupa pada 1993 dan mendapatkan penghargaan Satyalencana Kebudayaan dari Presiden Megawati Soekarnoputri pada 2002.
Penghargaan
Adapun penghargaan yang pernah AD Pirous dapatkan antara lain:- Karya Cetak terbaik dalam Art Show Naples, New York, Amerika Serikat (1970)
- Lukisan terbaik dalam Pameran Biennale I Dewan Kesenian Jakarta (1974)
- Lukisan terbaik dalam Pameran Biennale II Dewan Kesenian Jakarta (1976)
- Medal Perak dari Kementerian Luar Negeri Republik Korea (1984)
- Anugerah Seni oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1985)
- Satyalancana Kebudayaan oleh Presiden Republik Indonesia (2002)
- Anugerah Meukuta Alam (Penghargaan Kebudayaan) dari Gubernur Nangroe Aceh Darussalam (2006)
- Anugerah Budaya Dedikasi Seni dan Budaya Wali Kota Bandung (2010)
- Anugerah Adhi Karya Rupa dari Kemenparekraf RI (2015)
- Habibie Award dalam Bidang Ilmu Kebudayaan (2015)
Pameran tunggal
- Pameran Seni Lukis Kaligrafi Islam dalam Chase Manhattan Art Program, Jakarta (1972)
- Pameran Seni Grafis Islam dalam Chase Manhattan Art Program, Jakarta (1976)
- Retrospectif I untuk karya-karya 1960-1985, di Taman Izmail Marzuki (1985)
- Retrospectif II untuk karya-karya 1985-2002, di Galeri Nasional, Jakarta (2002)
- Ja'u Timu di Selasar Sunaryo Art Space (2012)
- Verses of the Universe di Kuala Lumpur, Malaysia (2015)
- A. D.Pirous: Spiritual Calligraphy. World Trade Center, Jakarta (2016)
- Suaka - Modernist Series #1, Art Agenda S.E.A, Jakarta (2022)
Pameran bersama
- "The 8th International Biennial Exhibition of Prints". National Museum of Modern Art, Tokyo, and Museum of Modern Art, Kyoto, Japan (1972)
- "The 3rd Triennale of India", Lalit Kala Academy, Rahindra Bhavan, New Delhi, India (1975)
- "The Biennale of Grafic Arts", Ljubliana, Yugoslavia (1977)
- "Western Pacific Biennale Melbourne", Print Council of Australia (1978)
- "The 3rd World Biennale of Grafic Art", Iraqi Cultural Center, London (1980)
- "Contemporary Asian Art Series, Fukuoka Art Museum, Fukuoka, Japan (1980)
- Pameran Lukisan dan Grafis, Centre Culturel Francais, Bandung (1990)
- Pameran Lukisan dan Grafik 13 Seniman Bandung, Jawa Barat Trade Center, Bandung (1990)
- "2nd Asian Travelling Exhibition of Painting Photography and Childrens Art", IMF Visitors Center, Washington DC, United States of America (1991)
- "6th International Asian Art Exhibition", Fukuoka, Japan (1991)
- "7th International Asian Art Exhibition", Gedung Merdeka, Bandung (1992)
- "Indonesian Modern Art", Gate Foundation, Amsterdam, The Netherlands (1993)
- "8th International Asian Art Exhibition", Fukuoka dan Tanagawa, Japan (1993)
- "Lintasan Seni Indonesia - Denmark" oleh RC Pondok Indah, Jakarta (1993)
- "9th International Asian Art Exhibition", Taipeh, Taiwan (1994)
Perwakilan keluarga Prof. Abdul Djalil Pirous, Iwan Pirous, mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar ITB atas segala perhatian dan penghormatan kepada ayahnya.
"Terima kasih kepada seluruh sahabat dan rekan sivitas akademika ITB atas dukungan yang tak terhingga. Mari bersama-sama merawat apa yang telah beliau tanamkan. Dengan tulus kami ucapkan, selamat jalan Ayah dan guru kami yang tercinta," kata Iwan.
Prosesi pelepasan jenazah digelar di Aula Timur, ITB Kampus Ganesha, Bandung, pada Rabu, 17 April 2024. Selanjutnya, jenazah diberangkatkan ke pemakaman Cibarunai, Sarijadi, Bandung.
Baca juga: ITB Berduka, Purnabakti Guru Besar Teknologi Industri Prof Senator Meninggal Dunia |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News