Selama bekerja bersama orang, pria asal Palembang itu tidak mendapatkan gaji tetap. Bahkan, dia pernah tidak mendapatkan gaji sama sekali.
Dia hidup di perantauan sendirian dengan uang seadanya. Musa bercerita pernah puasa selama satu tahun untuk mengurangi biaya hidup. Perlahan, kehidupan Musa berubah setelah mengikuti kursus di usia 21 tahun pada 2013.
“Sebelum ikut kursus, hidup saya penuh perjuangan untuk bertahan hidup. Lalu, saya tidak sengaja mengikuti kursus gratis karena diberikan jalan oleh Pemda dan LKP juga,” cerita Musa dikutip dari laman Vokasi Kemdikbud, Senin, 6 Maret 2023.
Musa mengikuti kursus selama 30 hari. Meskipun singkat, dia banyak mempelajari banyak hal tentang jahit dan bordir.
Sebelumnya, dia sudah memiliki kemampuan dasar menjahit. Bahkan, Musa menjadi salah satu siswa unggulan di LKP tersebut.
Setelah program kursus selesai, dia mengikuti magang dan bekerja di industri kecil menengah (IKM) Muslimah Group Solok sampai 2015. Musa memutuskan membuka usaha mandiri pada 2016 lantaran tidak mau terus-terusan bekerja di tempat orang.
Pada usia yang masih tergolong muda, Musa membuka usaha Penjahit Syafa’at di Jambi, kota tempat pujaan hatinya tinggal. Dia memutuskan menikah dan membuka usaha jahit di Jambi.
Musa mengaku awal membuka usaha agak kesulitan. Sebab, klien yang sudah ia kenal berada di Solok dan Padang. Dia memulai langkah baru usahanya dengan pelanggan pertama saudara dan tetangga sendiri.
“Awalnya, saya serba sendiri, tapi sekarang saya sudah punya karyawan tiga orang,” kenang Musa.
Pertama kali, Musa juga hanya memiliki satu mesin jahit bekas dan satu mesin obras. Kini, dia sudah menambah fasilitas toko dengan tiga mesin jahit modern, tiga mesin obras, dan satu mesin khusus lubang kancing.
Kini, Musa sudah bisa menikmati hasil. Pendapatan tertingginya mencapai Rp25 juta bila mendapat orderan borongan. Sementara itu, untuk orderan normal dia mendapat omzet Rp3 juta-Rp10 juta.
Usaha milik Musa juga sudah memiliki pelanggan tetap. Sebanyak tiga pesantren modern di Jambi tiap tahun membuat seragam. Musa akan kebanjiran order bila tahun ajaran baru dan sebelum hari raya.
Tak sampai di situ, Musa yang memiliki kemampuan mekanik merambah ke dunia mesin jahit. Dia mempunyai toko servis dan jual mesin jahit di tempat yang sama.
Dia juga sebagai supplier mesin jahit untuk program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) di LKP Muslimah Group Solok, tempat belajarnya dahulu. Di tengah era digital, Musa tak mau kalah.
Dia membuat akun YouTube bernama Mamat Ting Ting dan Facebook Toko Mesin Jahit Seken & Servis untuk membuat usahanya tambah maju. Musa biasa memberikan tips dan trik dia aku media sosialnya.
Kini, akun YouTube-nya sudah memiliki lebih dari 13.000 subscriber, sedangkan Facebook-nya mencapai 12.000 followers.
“Sesuai kata pepatah Minang, kalau menanam sayur, jangan kol saja, tapi tanam juga cabe, terong, bayam, dan lain-lain. Makanya saya tidak hanya buka usaha menjahit, tapi juga usaha jual dan servis mesin jahit serta merambah ke dunia media sosial,” tutur Musa.
Musa mengatakan apa yang dia dapatkan dari usaha dan kerja kerasnya hanyalah titipan karena sebaik-baiknya orang adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Untuk itu, dia juga menjadi instruktur tata busana di sebuah SMK swasta di Jambi.
Dia sering menerima tetangga dan saudaranya apabila ada yang ingin belajar menjahit. “Saya ingin orang-orang di sekitar saya, khususnya anak didik saya mampu mengamalkan kembali ilmu yang didapatkan,” kata Musa.

LKP Muslimah Group Solok. DOK Vokasi Kemdikbud
Jalan Panjang LKP Muslimah Group Solok
Keberhasilan Musa tidak terlepas dari pilihannya mengikuti kursus di LKP Muslimah Group Solok. LKP tersebut sudah menghasilkan 5.000 alumni dan memberikan peran besar di hidup Musa.Muslimah Group Solok juga memiliki kisah panjang dalam mencetak lulusan unggul di bidang tata busana. Bukan hanya mengelola LKP, Muslimah Group Solok juga mengelola industri kecil menengah (IKM) di bidang fesyen dan tata busana.
Rosmawati yang pada waktu itu memiliki keterampilan menjahit, sementara Almito yang memasarkan. Maka terciptalah Muslimah Group Solok.
Awalnya, pada 1992, Almito dan sang istri, Rosmawati, bermodalkan Rp75.000 membeli satu mesin jahit bekas. Dulu, Muslimah Group tidak memiliki toko dan tempat belajar bagi peserta didik.
Kegiatan hanya dilakukan di satu kontrakan kecil. Kini, Muslimah Solok sudah memiliki 5 cabang di tempat berbeda. LKP Muslimah Group juga menjadi LKP berprestasi dan memiliki beberapa mesin jahit canggih.
Dalam materi pembelajaran, LKP Muslimah Group mencanangkan empat fokus utama materi, yaitu busana, bordir, sulam, dan rajut. Peserta didik juga mendalami materi kewirausahaan.
LKP Muslimah Group Solok mempersiapkan lulusan kompeten di bidang tata busana yang siap berwirausaha dengan kombinasi kedua materi itu. Pimpinan Muslimah Group Solok, Almito, mengungkapkan ia memang ingin mencetak wirausahawan sukses di bidang tata busana.
“Makanya, Muslimah Group Solok mengikuti program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) dari tahun ke tahun agar lulusannya membuka usaha dan sukses setelah kursus di LKP Muslimah Group,” jelas Almito.
Peserta didik juga diperkenalkan dengan menjahit baju basiba dan baju koko, yaitu pakaian adat khas Minangkabau. Setelah itu, mereka unjuk gigi dalam acara fashion show di LKP tersebut.
Sebagai LKP, Muslimah Group juga menjadi tempat uji kompetensi (TUK) untuk keterampilan tata busana dan bordir. Sementara itu, sebagai industri LKP membuka kesempatan selebar-lebarnya untuk menerima lulusan setelah mengikuti kursus.
Saat ini, IKM Muslimah Group sudah memasarkan produk bukan hanya ke Sumatra Barat, tetapi juga Jambi, Riau, dan masih banyak lagi. Bahkan, IKM Muslimah Group pernah mendapatkan 10.000 orderan baju.
| Baca juga: Kenalan dengan Cirebon Disc Jockey School: Sekolah DJ yang Masih Dapat Pandangan Negatif |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id