Sayembara ini ditujukan untuk menggali desain arsitektur terbaik mengenai pembangunan kawasan penunjang Wisata Religi Makam Sunan Ampel. “Masih banyak fungsi yang kurang dimaksimalkan pada kawasan tersebut, ide-ide fresh dari anak bangsa sangat diperlukan,” terang dosen pembimbing tim Didit Novianto, dalam siaran persnya, Jumat, 26 Agustus 2022.
Tim yang terdiri dari Kresentia Ivena Kristanti, Farrel Adyuta Wiratama, dan Bonaventura Rah Abisca ini menyulap area bekas Rumah Potong Hewan (RPH) menjadi sebuah situs yang fungsional melalui desainnya. Anggota tim, Farrel Adyuta Wiratama atau yang akrab disapa Yuta, terdapat tiga konsep utama dalam karyanya, yakni Local Community, Connectivity, dan Sustain.
Lebih lanjut diterangkan, tiga konsep ini yang mengantarkan tim dapat menghasilkan berbagai desain inovatif. Yakni pertama pada area RPH yang diubah menjadi kawasan edukatif berupa museum.
Selanjutnya, tim juga menghadirkan terminal sebagai salah satu pusat transportasi umum. “Rencananya, terminal dibangun terlebih dahulu untuk memberikan akses mudah bagi para pengunjung,” paparnya.
Melengkapi pemaparannya, tim juga menyediakan desain area komersial yang sebelumnya merupakan bekas kandang sapi. Yakni menjadi area yang dapat digunakan warga sekitar untuk menjajakan makanan dan minuman hingga oleh-oleh khas.
“Desain ini dimaksudkan agar mampu menghidupkan area-area potensial yang sebelumnya belum digunakan,” sahutnya.
Mahasiswa angkatan tahun 2019 ini menambahkan, pada tahap seleksi, terdapat beberapa hal yang disebutkan menjadi keunggulan dari desain tim ini. Yuta mengungkapkan, salah satu juri Hijjas Kasturi mengapresiasi tinggi atas kesan simplicity dalam penataan yang dihadirkan.
Lebih lanjut, hal ini terlihat dari sistem penataan arsitektur yang mudah dipahami serta hubungan antarruang yang harmonis dan indah. Menambahkan keterangan Yuta, Didit mengaku bangga dengan capaian mahasiswanya meski hanya dikerjakan kurang dari sebulan.
Diungkapkannya, salah satu tantangan yang dihadapi adalah dalam menyikapi bahwa Ampel merupakan area bersejarah perlu dijaga, sehingga boleh dilakukan perbaikan dari segi fungsi namun tidak dari fisiknya.
Tak hanya itu, Didit juga menjelaskan bahwa tantangan tersebut perlu diolah dengan pertimbangan desain yang lebih modern untuk meningkatkan minat kunjungan. Ia mengaku, beberapa hal akan dilakukan evaluasi ke depannya untuk menyempurnakan gagasan tersebut. “Harapannya, desain ini dapat menjadi salah satu masterplan dalam ide pengembangan Ampel oleh Pemkot Surabaya ke depannya,” pungkasnya.
Baca juga: ITS Gagas iDerm4U, Platform Telemedisin yang Fokus pada Penyakit Kulit |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News