Dirjen Paud Dikdasmen Kemendikbudristek Jumeri. Zoom.
Dirjen Paud Dikdasmen Kemendikbudristek Jumeri. Zoom.

Pantau PTM, Sekolah akan Terintegrasi dengan PeduliLindungi

Ilham Pratama Putra • 24 September 2021 15:55
Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berencana mengintegrasikan data terkait covid-19 untuk sekolah. Integrasi tersebut akan dilakukan melalui aplikasi PeduliLindungi.
 
Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (PAUD Dikdasmen) Kemendikbudristek Jumeri menyampaikan, hal ini dilakukan agar tidak ada data yang direkayasa. Dengan begitu, warga pendidikan yang masuk ke sekolah akan terpantau secara realtime.
 
"Untuk mengecek akurasi laporan ke lapangan kan tidak mungkin, maka saat ini Kemendikbudsitek bersama Kemenkes melakukan pendataan baru dengan PeduliLindungi, itu akan kita pakai," jelas Jumeri dalam konferensi pers, Jumat, 24 September 2021.

Jumeri menyebut, pihaknya sedang berdiskusi terkait rencana tersebut dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Ia berharap integrasi ini dapat dilaksanakan dalam waktu dekat.
 
"Ini adalah aplikasi yang dipakai secara nasional, ini sedang proses diskusi bersama Kemenkes supaya ada data valid, kalau ada laporan penularan itu jadi terintegrasi. Kita ikut aplikasi itu dan Kemendikbudristek bisa mengakses (data) sekolah," tambahnya.
 
Baca: DKI Klaim Zero Kasus Covid-19 di Sekolah Selama PTM Terbatas
 
Jumeri mengatakan, langkah ini dilakukan setelah adanya temuan data yang tidak terverifikasi dan tervalidasi dalam laporan data klaster covid-19 di satuan pendidikan. Upaya integrasi ini diupayakan untuk bisa mengetahui secara pasti kondisi sekolah.
 
"Setelah kita validasi dan teliti, ternyata memang ada sekolah yang melaporkan adanya sebagian klaster, lalu ada keluarga (bukan warga pendidikan) yang terkena," tambahnya.
 
Ia menyebut pemahaman soal klaster pun masih minim di kalangan masyarakat. Menurut Jumeri, klaster adalah adanya sebagian populasi di satu lokasi, yakni sekolah, dan gejala kesehatan yang sama.
 
"Pemahaman soal klaster masih tidak betul, waktu itu anak saya kena, tapi keluarga saya yang lain tidak dan itu disebut klaster, padahal tidak, pendataan kita hentikan dan akan diganti ke PeduliLindungi," ujar Jumeri.
 
Sebelumnya, data aplikasi survei milik Kemendikbudristek mencatatkan terdapat kasus covid-19 di 1.300 sekolah pada pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. Temuan ini menuai sorotan dari banyak pihak.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan