Jakarta: Sebagian siswa mungkin masih asing dengan istilah AKM atau Asesmen Kompetensi Minimum. Padahal, penilaian ini kini menjadi wajah baru dalam sistem evaluasi pendidikan di Indonesia.
Berbeda dari ujian tradisional yang mengandalkan hafalan, AKM hadir untuk mengukur kemampuan berpikir logis, bernalar kritis, dan memahami informasi secara mendalam.
Dikutip dari akun Instagram @litbangdikbud, AKM merupakan bagian dari Asesmen Nasional yang menitikberatkan pada dua kompetensi utama yaitu literasi membaca dan numerasi. Kompetensi ini dianggap penting sebagai bekal siswa untuk berkembang dan berkontribusi positif di masyarakat.
Apa saja yang diukur dalam AKM?
1. Literasi Membaca
AKM menilai sejauh mana siswa mampu memahami, mengevaluasi, serta merefleksikan berbagai jenis teks. Tujuannya bukan sekadar menjawab soal, tetapi untuk melatih kemampuan memahami informasi dan mengambil keputusan berdasarkan bacaan.
2. Numerasi
AKM juga mengukur sejauh mana siswa dapat menerapkan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari membaca grafik, menghitung rasio, hingga membuat keputusan berbasis data. Jadi, bukan hanya tentang angka, tapi juga tentang berpikir sistematis dan kritis.
Lebih dari sekadar alat evaluasi, AKM juga memberikan gambaran bagi sekolah dan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Penilaian ini mendorong siswa untuk tidak hanya tahu, tapi juga paham dan siap menghadapi tantangan dunia nyata.
Baca juga: 4 Tips Jitu agar Kuliahmu Tetap Lancar di Semester Pendek |
Dengan pendekatan yang lebih aplikatif dan relevan, AKM bukan sekadar tes biasa. Ini adalah cara baru membentuk generasi yang berpikir kritis, cerdas, dan siap membangun masa depan. (Antariska)
Cek Berita dan Artikel yang lain di