Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Nieke Andina Wijaya, menegaskan masyarakat harus sadar terhadap penyakit cacar monyet. Terpenting, mengetahui penyebab dan gejala sebagai upaya antisipasi.
Dosen FK Unesa itu memaparkan masa inkubasi cacar monyet cukup panjang. Gejala klinis yang dapat muncul antara 4 hingga 21 hari setelah terpapar virus.
"Gejala awal monkeypox mirip dengan flu atau cacar air, seperti demam, sakit kepala, sakit punggung, nyeri otot, kelelahan, dan pembengkakan kelenjar getah bening," jelas Nieke dikutip dari laman unesa.ac.id, Senin, 9 September 2024.
Setelah gejala awal muncul, dalam beberapa hari akan timbul ruam yang dimulai dari bintik-bintik merah. Kemudian akan berkembang menjadi gelembung berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, hingga akhirnya menjadi keropeng yang mengering dan mengelupas.
Koordinator Prodi Pendidikan Profesi Dokter Unesa itu menyebut infeksi biasanya berlangsung antara 2 hingga 4 minggu dan ruam cenderung terkonsentrasi pada wajah, telapak tangan, serta telapak kaki. Ruang juga tak menutup kemungkinan dapat muncul di mulut, alat kelamin, dan mata.
Dokter spesialis kulit dan kelamin itu menjelaskan penularan cacar monyet kepada manusia dapat terjadi melalui berbagai cara. Misalnya, kontak langsung dengan hewan atau manusia yang terinfeksi dan melalui benda yang terkontaminasi virus tersebut.
"Bukan akibat vaksin covid-19, virus ini masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang luka atau terbuka walaupun luka tersebut tidak terlihat, saluran pernapasan, atau selaput lendir seperti mata, hidung, atau mulut," beber dia.
Selain itu, pakaian, tempat tidur, handuk, atau peralatan makan yang telah terkontaminasi virus dari orang yang terinfeksi juga dapat menulari orang lain. Meskipun penularannya dapat terjadi melalui kontak langsung kulit ke kulit atau membran mukosa, termasuk saat berhubungan seks, penyakit ini tidak digolongkan sebagai penyakit infeksi menular seksual (IMS).
"Virus ini juga bisa ditemukan dalam air mani dan swab rektal dari pasien, yang mengonfirmasi bahwa dapat ditularkan melalui aktivitas seksual, namun ini hanya salah satu dari banyak cara penularan," tegas dia.
Dosen Unesa lainnya, Rahmantio Adi, mengingatkan meskipun gejala cacar monyet umumnya ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya, pada beberapa individu, terutama mereka yang berisiko tinggi, penyakit ini dapat menimbulkan gejala lebih serius. Komplikasi serius termasuk infeksi kulit sekunder, pneumonia, gangguan kesadaran, dan masalah mata.
"Pada kasus yang jarang, cacar monyet dapat menyebabkan kematian, terutama pada bayi baru lahir, anak-anak, wanita hamil, serta mereka yang mengalami penurunan kekebalan tubuh," ujar Tio.
Tio membagikan tips sederhana yang dapat diterapkan untuk mengurangi risiko penularan cacar monyet. Pertama, rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer berbasis alkohol. Cuci tangan harus rutin, terutama setelah kontak dengan seseorang yang terinfeksi atau dengan permukaan yang mungkin terkontaminasi.
Kedua, menggunakan pelindung diri seperti masker, sarung tangan, dan pelindung mata jika merawat pasien dengan cacar monyet atau jika ada risiko paparan. Kemudian, menjaga sanitasi di lingkungan sekitar.
"Lakukan desinfeksi rutin pada permukaan yang sering disentuh, peralatan, dan lingkungan yang mungkin terkontaminasi untuk mencegah penyebaran virus," tutur dia.
Tio mengatakan dengan mengikuti langkah-langkah pencegahan ini, risiko penularan cacar monyet dapat diminimalkan. Sehingga, masyarakat dapat membantu mencegah penyebaran lebih lanjut dari virus cacar monyet.
Baca juga: Kemenkes: Penyakit MPOX Bukan karena Efek Vaksin Covid-19 |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News