Bagi orang yang akan memulai program PhD, ketika memikirkan proses menjalani programnya banyak yang merasa cemas atau khawatir akan pengerjaannya yang sulit. Hal ini dikarenakan terlalu fokus dengan tuntutan produktivitas seperti, pengorganisasian, perencanaan, penelitian, dan sebagainya hingga tidak menyadari pentingnya strategi mental agar dapat menyelesaikan seluruh tugas dengan mudah.
Selain keterampilan teknis, keterampilan mental untuk menghadapi ketidakpastian, kritik terhadap diri sendiri, dan tekanan mental juga diperlukan. Seorang lulusan program PhD bidang biofisika di Jerman membagikan enam strategi mental agar dapat menyelesaikan PhD dengan efektif dan menghasilkan penelitian memuaskan. Berikut enam strateginya dikutip dari laman nature.com:
6 strategi selesikan PhD jauh dari stres
1. Hadapi ketidakpastian
Ketika melakukan penelitian, sudah pasti akan bertemu dengan ketidakpastian. Seperti pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab atau temuan yang tidak diekspektasikan sebelumnya. Jika para ilmuwan memiliki semua jawaban, kita tidak akan melakukan penelitian.Ketika terjebak pada ketidakpastian seperti tidak tahu cara menjelaskan atau mendapatkan pernyataan yang tepat, rileks sejenak dan coba cari pandangan lain untuk mendapatkan solusinya. Alih-alih mencari pernyataan yang pasti, coba gunakan pendekatan eksploratif dengan mengajukan pertanyaan terbuka.
Penting untuk menyadari ketidakpastian bukanlah musuh, melainkan bagian yang melekat dalam proses penelitian. Jangan merasa frustasi dan berhenti ketika tidak dapat menemukan jawab. Sebaliknya, terimalah hal yang tidak diketahui dan menggunakannya untuk menumbuhkan rasa ingin tahu lebih dalam dan memotivasi semangat penelitian.
2. Seimbangkan teori dan praktik
Jangan terlalu tenggelam dalam memikirkan teori penelitian seperti mempertimbangkan setiap model dan hipotesis yang dapat terjadi tanpa melakukan hal lain. Sebaliknya seimbangkan antara refleksi dan tindakan.Ketika kita terlalu banyak berpikir hal ini dapat menyebabkan stagnasi. Dalam kasus seperti ini, lebih baik mengambil tindakan untuk bergerak maju, meskipun jika dirasa tidak yakin, ketimbang hanya berdiam diri dan belum melakukan apa pun.
Memikirkan rencana seharusnya tidak menjadi instruksi kaku yang membatasi pemikiran, melainkan dapat menjadi panduan fleksibel yang membantu mengarahkan bagaimana penelitian dilakukan.
Baca juga: Studi S3 Berapa Lama? Ini Penjelasan dan Syarat Dapat Gelar Doktor |
3. Lepaskan kesempurnaan
Terus mengusahakan kesempurnaan dapat membuat kita selalu merasa tidak puas. Kritik terhadap diri sendiri inilah yang merupakan tantangan psikologis umum lainnya saat menjalani program PhD. Banyak ilmuwan berusaha keras mencapai kesempurnaan, yang dapat menyebabkan frustasi, emosi negatif, dan hasil yang tidak produktif.Perfeksionisme dapat terjadi karena rasa takut gagal atau tidak diakui. Masalah ini dapat menjebak seseorang bekerja terlalu keras untuk hal-hal yang tidak berguna. Hal yang dapat dilakukan untuk melalui ini adalah fokus pada nasihat 'selesai lebih baik ketimbang sempurna’ dan ketidaksempurnaan adalah bagian alamiah dari menjadi manusia dan menawarkan peluang untuk perbaikan.
4. Seimbangkan antara berdebat dan mendengarkan
Dalam melakukan penelitian pasti melibatkan interaksi dengan supervisor, kolega, dan orang lain untuk berdiskusi secara konstruktif. Terkadang diskusi akan mendatangkan perbedaan pendapat dan perdebatan. Karena setiap orang memiliki gagasan yang dibentuk oleh latar belakang, pengalaman, minat, dan cara berpikir yang berbeda.Bersikap terbuka terhadap perspektif orang lain sangat penting untuk membuka wawasan-wawasan baru. Ketika penasihat tidak yakin dengan ide yang kamu komunikasikan, buatlah mereka mendukungnya dengan memberikan bukti dan analisis yang kuat.
Ketika penasihat menyarankan sesuatu yang dianggap tidak relevan, cobalah dengarkan dan renungkan terlebih dahulu. Sebab, bisa saja ide yang diberikan dapat membawa pada wawasan berharga.
Mengembangkan keterampilan komunikasi untuk berdebat dengan penuh hormat dan mendengarkan dengan penuh perhatian memungkinkan kita untuk mendorong inovasi dan memaksimalkan hasil penelitian.
5. Beristirahat semestinya
Semua orang menyarankan istirahat sebagai hal yang utama, namun hanya sedikit yang benar-benar menerapkannya. Terlalu banyak berpikir dapat memengaruhi kesehatan mental, dan terlalu banyak bekerja dapat mengakibatkan kelelahan yang beresiko.Beristirahat yang benar adalah mengalihkan fokus sepenuhnya dari pekerjaan. Berikan waktu untuk diri sendiri yang lepas dari penelitian. Memprioritaskan kesehatan mental dan fisik sangat penting karena segala sesuatu yang lain, termasuk penelitian, bergantung padanya.
6. Membangun makna di luar penelitian
Menjaga keseimbangan hidup selama menjalani program PhD adalah suatu hal yang lebih berharga dibandingkan dengan program itu sendiri. Buatlah area lain dalam kehidupan untuk ditekuni selain penelitian seperti hubungan, olahraga, dan hobi.Ketika hal yang sulit menghampiri, hal tersebut dapat dilewati dengan baik jika memiliki sesuatu yang dapat mengalihkan perhatian sejenak. Penting juga untuk membangun koneksi mendalam.
Memiliki orang-orang terdekat dapat memberikan dukungan emosional dan membantu untuk merehatkan diri. Di saat-saat tersulit, yang lebih kita butuhkan adalah dukungan emosional, bukan dukungan teknis.
Saat-saat tersulit saat menjalani PhD bukanlah hanya program itu sendiri tetapi juga tantangan psikologis yang menyertainya, seperti ketidakpastian, kritik terhadap diri sendiri, dan tekanan mental. Maka dari itu strategi psikologis adalah keterampilan yang sangat penting karena mahasiswa PhD bukanlah mesin, tetapi manusia yang juga memiliki kebutuhan psikologis dan emosional. (Alfi Loya Zirga)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News