"Persoalan utama itu kompetensi SDM, bagaimana mendapatkan, mengelola, menyimpan dan melestarikan, karena arsip film rentan dari kerusakan," kata Kandar dalam Workshop Preservasi Arsip Film, Jakarta, Kamis, 30 April 2020.
Kandar mengatakan sumber daya manusia preservasi arsip film ini harus betul-betul kompeten di bidangnya. Sebab, arsip film mempunyai karakteristik yang berbeda dengan arsip konvensional.
Ia mengatakan peralatan untuk mengelola arsip film juga menjadi masalah. Ia mengungkapkan sudah banyak peralatan arsip film yang digunakan di Indonesia, tidak diproduksi lagi. Bahkan, lembaga-lembaga yang mempunyai arsip film tidak mempunyai alat untuk mengelola. Alhasil, arsip-arsip tersebut tidak bisa diakses informasinya.
"Sering kali dikeramatkan karena dianggap arsip yang luar biasa padahal sudah tidak bisa diakses lagi di tempat lain tidak bisa dilihat informasinya, ini jadi persoalan," ungkapnya.
Ia juga mengungkapkan melestarikan arsip film cukup rumit. Ada standar operasional khusus, utamanya yang berkaitan dengan suhu, agar arsip film tidak rentan rusak.
"Indonesia adalah daerah tropis yang suhunya 18 sampai 38 derajat celcius, padahal arsip film seharusnya disimpan di bawah 15 derajat celcius apalagi arsip negatif film di bawah 5 derajat celcius," jelasnya
Ia menambahkan karena perlu penanganan yang berbeda, maka harus dipindahkan dari arsip film analog ke digital. Pembiayaan pemindahan arsip menjadi persoalan berikutnya. "Pembiayaan yang mahal untuk mengelola arsip film, hingga menjadi digital," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id