Dosen Fakultas Kedokteran IPB University, Desdiani. DOK IPB
Dosen Fakultas Kedokteran IPB University, Desdiani. DOK IPB

Pakar IPB Pertanyakan Transparansi dan Etika Uji Klinis Vaksin TBC Fase 3 di Indonesia

Renatha Swasty • 29 Mei 2025 23:04
Jakarta: Dosen Fakultas Kedokteran IPB University, Desdiani, mempertanyakan transparansi dan etika dalam uji klinis vaksin TBC fase 3 di Indonesia. Dia mengingatkan perlunya kehati-hatian dalam proses uji klinis demi melindungi data genetik warga Indonesia dan menjaga kredibilitas ilmiah.
 
“Vaksin ini tengah menjalani uji klinis fase 3 di Indonesia. Sementara itu, informasi mengenai pelaksanaan fase 1 dan 2 masih terbatas di ruang publik. Uji klinis fase 3 di Indonesia dilaksanakan dengan dukungan sponsor dari luar negeri," kata Desdiani, Kamis, 29 Mei 2025.
 
Vaksin dengan kode M72 ini didukung oleh lembaga besar, Gates Foundation dan Wellcome Trust. Indonesia menjadi satu dari sepuluh negara yang ikut serta dalam uji klinis fase 3.

“Ini menunjukkan betapa besar dan kompleksnya proses pengembangan vaksin ini. Tapi justru karena itu, penting bagi kita mempertanyakan, apakah uji klinis ini telah melalui proses penilaian oleh lembaga-lembaga terkait di Indonesia seperti BRIN, BIN, BPOM, Bio Farma, dan Komite Vaksin Nasional?” ujar dokter spesialis paru itu.
 
Uji coba dilakukan terhadap 2.095 orang sehat yang memiliki riwayat kontak dengan pasien TBC positif. Proses ini melibatkan pengambilan sampel darah berkali-kali untuk mengevaluasi respons antibodi.
 
Desdiani menyampaikan kewaspadaan terhadap potensi kebocoran data genomik warga Indonesia. “Pengelolaan data genetik nasional perlu dilakukan dengan pengawasan yang ketat untuk menjaga kedaulatan dan keamanan data tersebut,” kata dia.
 
Dia juga mempertanyakan kejelasan status izin uji klinis dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Menurutnya, bila izin tersebut telah diterbitkan, seharusnya ada keterbukaan informasi kepada publik.
 
Baca juga: Fakta-fakta Bill Gates Pilih Indonesia untuk Uji Coba Vaksin TBC

“Perhatian ini bukan bentuk penolakan terhadap vaksin, melainkan upaya memastikan seluruh prosedur telah dijalankan sesuai ketentuan,” ucap dia.
 
Desdiani menekankan proses uji klinis harus tunduk pada standar etik kredibel, baik dari lembaga etik nasional maupun internasional yang diakui. Selain itu, aspek lain seperti kejelasan perusahaan produsen vaksin, kemasan, serta status kehalalan dan keamanan vaksin juga penting disampaikan terbuka kepada masyarakat.
 
“Indonesia itu negara dengan mayoritas muslim dan punya Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal. Apakah vaksin ini sudah disertifikasi halal? Itu penting untuk dipublikasikan juga,” tutur dia.
 
Dia menjelaskan keberadaan vaksin memang penting dalam upaya eliminasi TBC. Tetapi, tidak bisa menjadi satu-satunya solusi.
 
“Vaksin adalah salah satu cara, tapi keberhasilan pemberantasan TBC juga ditentukan oleh status gizi, imunitas tubuh, dan kepatuhan minum obat. Jangan sampai kita mengandalkan satu cara lalu melupakan pendekatan lainnya,” kata dia.
 
Desdiani menyayangkan proses pengambilan kebijakan publik dalam hal kesehatan dilakukan tanpa keterbukaan. Dia menegaskan IPB University berkepentingan menyuarakan prinsip kehati-hatian ilmiah dan integritas dalam riset kesehatan.
 
“Kami mendukung inovasi, tapi inovasi itu harus dijalankan dengan transparansi, akuntabilitas, dan keberpihakan pada keselamatan rakyat,” tegas dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan