Webinar Silaturahmi Merdeka Belajar episode “Bergerak Bersama untuk Pendidikan Perubahan Iklim dalam Kurikulum Merdeka“. DOK Kemdikbud
Webinar Silaturahmi Merdeka Belajar episode “Bergerak Bersama untuk Pendidikan Perubahan Iklim dalam Kurikulum Merdeka“. DOK Kemdikbud

Pendidikan Perubahan Iklim Masuk Kurikulum

Renatha Swasty • 14 Oktober 2024 10:49
Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Tekonogi (Kemendikbudristek) melalui Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) menyusun Panduan Pendidikan Perubahan Iklim. Materi tentang perubahan iklim bukan sebagai mata pelajaran baru untuk dipelajari oleh anak, melainkan menjadi bagian dari intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.
 
Kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan pembelajaran yang telah berjalan. Kemudian kokurikuler adalah kegiatan yang menguatkan kegiatan intrakurikuler, seperti kunjungan ke museum atau tempat edukasi lainnya.
 
Sementara itu, kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang lebih mengembangkan minat siswa dan tenaga pengembangan diri. Misalnya olahraga, seni, atau kegiatan keagamaan.

“Pada tahap awal penyusunan, kita memang memetakan kemampuan apa yang perlu dimiliki peserta didik mulai dari fase fondasi pada PAUD, SD, SMP, SMA, kita petakan. Nah, setelah kita menyusun kemampuan apa yang perlu dimiliki maka kita petakan ke intrakurikuler, ke dalam kokurikuler dan ke dalam ekstrakurikuler,” ujar Ketua Tim Kurikulum, Pusat Kurikulum dan Pembelajaran (Puskurjar), Yogi Anggraena, dalam Webinar Silaturahmi Merdeka Belajar episode “Bergerak Bersama untuk Pendidikan Perubahan Iklim dalam Kurikulum Merdeka“ melalui keterangan tertulis, Senin, 14 Okotber 2024.
 
Dia menuturkan tema ini sudah ada dalam beberapa mata pelajaran yang nantinya secara tidak langsung peserta didik akan mempelajari tentang perubahan iklim. Lalu, akan diperkuat di kokurilkuler seperti Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) tentang gaya hidup berkelanjutan dan melalui ekstrakurikuler seperti pramuk.
 
Kemendikbudristek juga menyusun panduan berisi berbagai contoh praktik baik, juga sebagai alat bantu untuk dipelajari oleh satuan pendidikan. Hal ini agar pendidikan perubahan iklim bisa menjadi gerakan bersama.
 
Kepala Pusat Pengembangan Generasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Luckmi Purwandari, menyampaikan apresiasi atas hadirnya panduan yang disusun oleh Kemendikbudristek. Menurutnya, panduan tersebut akan dibutuhkan, tak hanya untuk saat ini, tetapi juga untuk masa datang.
 
“Saat ini krisis lingkungan itu ada tiga yaitu perubahan iklim, biodiversity loss, dan pencemaran limbah dan sampah. Ketiga krisis ini saling kait-mengait. Oleh karena itu KLHK mendorong adanya gerakan peduli dan berbudaya lingkungan hidup di sekolah. Kegiatan-kegiatan ini sebenarnya tujuannya salah satunya tadi untuk menghadapi tiga krisis tadi,“ jelas dia.
 
Luckmi menyebut pendidikan perubahan iklim dapat mendorong anak-anak sekolah mendapat pengetahuan tentang potensi bahaya dari perubahan iklim berikutnya potensi-potensi yang dimiliki di daerahnya. “Jadi, perubahan iklim ini di setiap daerah bisa berbeda-beda wujudnya, bentuknya beda. Harapannya siswa tahu dan juga pengajar juga tahu,“ ujar dia
 
Kepala Bidang SMA Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, Ali Mukodas, mengungkapkan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta sudah mengeluarkan surat edaran tentang panduan implementasi kurikulum tentang implementasi kurikulum yang di dalamnya ditekankan agar sekolah memasukan isu-isu yang sedang berkembang, salah satunya tentang perubahan iklim.
 
“Pemprov DKI sudah mendukung (pendidikan) perubahan iklim. Sejak 2016 sudah ada Pergub tentang sekolah rawan bencana. Kami mengapresiasi sekolah-sekolah yang berhasil meraih Adiwiyata Nasional, sekolah-sekolah yang berhasil menerapkan sekolah hijau, maupun sekolah yang mengimplementasikan kegiatan terkait perubahan iklim,” tutur Ali.
 
Dinas Pendidikan DKI Jakarta juga berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan lain, seperti Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Pertamanan. Kolaborasi ini mendorong agar peserta didik paham tentang perubahan iklim yang harus dilakukan.
 
Kepala SMP Strada Slamet Riyadi Kota Tangerang, Lusia Yefin Bertiana Winarno, menuturkan di sekolahnya telah mengintegrasikan pendidikan lingkungan hidup dan perubahan iklim ke dalam kurikulum aktivitas sehari-hari. Upaya yang dilakukan dengan mengintegrasikan pendidikan tersebut ke mata pelajaran.
 
“Kami memang mengakomodasi topik perubahan iklim ke beberapa mata pelajaran, seperti IPA, IPS, seni, matematika. Karena kami memakai Kurikulum Merdeka, kami memperbolehkan guru untuk berinovasi. Jadi pembelajaran bisa menggunakan proyek berbasis lingkungan, seperti mengamati tanaman, pengolahan sampah, limbah di sekolah kami,” kata dia.
 
Selain itu, melalui kegiatan ekstrakurikuler seperti Karya Ilmiah Remaja (KIR) dan Gerakan Pramuka di mana dalam kegiatan ekstrakurikuler ini sekolah melibatkan peserta didik dalam proyek lingkungan, seperti penanaman pohon, daur ulang sampah, atau pembuatan hand sanitizer dengan memanfaatkan tanaman.
 
Pendidikan Perubahan Iklim diharapkan menjadi gerakan bersama, bukan karena instruksi, tetapi karena manfaat dan dampaknya akan dirasakan di masa depan, khususnya bagi generasi mendatang.
 
Baca juga: Council of Gen Z Jadi Ruang Bersuara Soal Krisis Iklim Era Prabowo-Gibran

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan