Adapun hitungan dengan kriteria MABIMS ialah terlihat hilal dengan tinggi minimal 3 derajat dan elongasi atau jarak pisah antara bulan dan matahari 6,4 derajat. Dan diprediksi kriteria tersebut akan terjadi di 10 April.
"Terkait dengan hitung-hitungan Idulfitri, posisi bulan di wilayah Indonesia sudah cukup tinggi, tingginya sudah lebih dari 6 derajat dan elongasinya juga sekitar 8 derajat lebih sehingga di wilayah Indonesia itu secara hitung-hitungan sudah memenuhi kriteria MABIMS," kata Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa BRIN, Thomas Djamaluddin di Jakarta, Jumat 8 Maret 2024.
Menurutnya, dengan metode yang digunakan sejumlah pihak dan organisasi masyarakat di Indonesia, maka akan ada kesamaan hari raya Idulfitri 2024. Di mana kemungkinan rukyat pada 30 Ramadan jatuh pada 9 April.
"Dan ini kemungkinan besar akan berhasil. Dan ada saksi sehingga saat sidang Isbat 9 April InsyaAllah akan diputuskan bahwa Idulfitri jatuhnya tanggal 10 April. Itu sama dengan kalau ditentukan dengan kriteria wujudul hilal yang sudah dilakukan salah satu ormas. Sehingga nanti InsyaAllah Idulfitrinya akan seragam tanggal 10 April," ungkapnya.
Adapun perhitungan wujudul hilal merupakan melihat posisi bulan. Dimana saat tampak bulan di atas ufuk maka diputuskan pergantian bulan.
Prediksi 1 Ramadan
Meski Idulfitri diprediksi serentak di Indonesia, awal Ramadan diprediksi berbeda. Dengan perhitungan MABIMS, maka 1 Ramadhan jatuh pada 12 Maret 2024, sedangkan ormas dengan perhitungan Wujudul Hilal 1 Ramadhan jatuh pada 11 Maret 2024."Berdasarkan perhitungan tersebut (Wujudul Hilal) posisi bulan sudah di atas ufuk, itu terjadi di 10 Maret di wilayah barat Indonesia posisi bulan memang sudah positif. Di Jakarta posisi bulan tingginya 0,7 derajat dan elongasinya sudah di atas ufuk juga tapi masih kurang dari 6,4 derajat, sehingga ada ormas yang memutuskan bahwa besoknya tanggal 11 sudah masuk 1 Ramadan," kata dia.
Baca juga: Penetapan Awal Ramadan dan Idulfitri, Ini Kriteria Baru MABIMS |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News