"Yang jelas komunikasi kita dengan negara yang lain akan lebih mudah," kata pakar bahasa dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), Henry Yustanto, kepada Medcom.id, Kamis, 7 April 2022.
Henry menyebut peningkatan komunikasi itu akan memperlancar kegiatan ekonomi dan bisnis di Indonesia. Selain itu, pembangunan teknologi juga akan terdampak atas penetapan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi ASEAN.
Sebelumnya, Mendikbudristek Nadiem Makariem menolak bahasa melayu sebagai bahasa resmi ASEAN. Dia dengan tegas menyatakan bahasa Indonesia lebih layak digunakan sebagai bahasa resmi ASEAN.
Nadiem menyebut bahasa Indonesia lebih layak dengan mempertimbangkan keunggulan historis, hukum, dan linguistik. Nadiem menjelaskan di tingkat internasional, bahasa Indonesia telah menjadi bahasa terbesar di Asia Tenggara, bahkan persebarannya mencakup 47 negara di seluruh dunia.
Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) juga telah diselenggarakan oleh 428 lembaga. Baik yang difasilitasi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek maupun yang diselenggarakan mandiri oleh pegiat BIPA, pemerintah, dan lembaga di seluruh dunia.
Selain itu, bahasa Indonesia juga diajarkan sebagai mata kuliah di sejumlah kampus kelas dunia di Eropa, Amerika Serikat, dan Australia, serta di beberapa perguruan tinggi terkemuka di Asia. Nadiem menyebut dengan semua keunggulan yang dimiliki dari aspek historis, hukum, dan linguistik, serta menjadi bahasa yang diakui secara internasional, bahasa Indonesia dinilai lebih layak.
"Sudah selayaknya bahasa Indonesia duduk di posisi terdepan dan jika memungkinkan menjadi bahasa pengantar untuk pertemuan-pertemuan resmi ASEAN,” tegas Nadiem dalam keterangan tertulis, Senin, 4 April 2022.
Baca: Tak Dicintai Rakyat Sendiri, Bahasa Indonesia Sulit Jadi Bahasa Resmi ASEAN
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News