Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat. Foto: Istimewa
Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat. Foto: Istimewa

Sumpah Pemuda Momentum Kelola Bonus Demografi agar Tak Jadi Petaka

Citra Larasati • 30 Oktober 2025 05:35
Jakarta: Peringatan Sumpah Pemuda tahun ini menjadi titik ujian bagi para pemuda Indonesia untuk menuju Indonesia emas. Bonus demografi harus dikelola  dengan baik, sebab jika tidak justru akan menjadi petaka.
 
“Saatnya para pemuda masa kini menciptakan kepemimpinan kolaboratif. Anak-anak muda generasi saat ini siap menunggu tongkat estafet menuju Indonesia Emas. Para pemuda harus bergerak sekarang,” tegas Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat, saat membuka diskusi bertajuk "Kepemimpinan Pemuda Menuju Indonesia Emas 2045", di Jakarta, Rabu, 29 Oktober 2025.
 
Diskusi yang diselenggarakan Forum Diskusi Denpasar 12 itu adalah edisi ke-253 dan dimoderatori Anggiasari Puji Aryatie (Tenaga Ahli Wakil Ketua MPR RI).

Berbicara sebagai narasumber dalam forum tersebut, Rico Waas (Wali Kota Medan), Billy Mambrasar (Tokoh Muda Papua–Pendiri Yayasan Kitong Bisa), Nicky Clara (Pemimpin Muda Inklusif), Shana Fatina (Woman Green Entrepreneur), dan penanggap Lathifa Al Anshori (Ketua DPP Partai NasDem Bidang Pemilih Pemula dan Milenial).
 
Rerie, panggilan akrab Lestari, mengingatkan tema  Sumpah Pemuda tahun ini adalah  “Pemuda Pemudi Bergerak, Indonesia Bersatu.” 
 
Tema ini mengajak semua anak muda untuk menyadari bahwa berbagai upaya mewujudkan kejayaan NKRI di masa mendatang perlu dicapai dengan kolaborasi kepemimpinan lintas generasi dan pelibatan elemen bangsa.
 
Salah satu kualitas yang dapat diandalkan dari anak muda, kata anggota Komisi X DPR ini adalah kualitas kepemimpinan. Kepemimpinan memiliki banyak definisi dan arti dengan berbagai atributnya. “Namun dalam konteks ini, kepemimpinan pemuda yang berbasis pada nilai-nilai Pancasila, memahami visi Indonesia 2045, dan mampu menyatukan semua elemen untuk membangun bangsa," kata Rerie.
 
Rerie mengingatkan, visi Indonesia Emas 2045 memiliki empat pilar utama, yakni kedaulatan dan persatuan, pembangunan manusia serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pembangunan ekonomi berkelanjutan, dan pemerataan pembangunan. “Dari empat pilar tersebut, anak muda dapat menjadi agen yang terus menggaungkan semangat satu dalam keberagaman, inklusivitas dan pelestarian, maupun adaptasi budaya pada berbagai kebaruan,” ujar Rerie yang juga Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu.
 
Wali Kota Medan, Rico Waas, mengungkapkan, pernah ada masa  para pemuda merasa tidak tertarik berpolitik. Tapi, kini, banyak pemuda yang memberikan kontribusi dalam pembangunan bangsa.
 
Menceritakan sosoknya, Rico Waas mengatakan, “Saya sebenarnya tidak punya latar belakang politik. Saya berlatar belakang seniman. Pernah  masuk ke dunia kerja," jelasnya.
 
Tapi setelah terjun ke politik, politik  menjadi berkah dan bisa memberikan kontribusi buat masyarakat, khususnya pemuda. 
 
Rico mengatakan, “Kalau suara kita ingin didengar, kita harus masuk ke dunia politik. Saya tidak menyangka lewat Pilkada 2024, saya terpilih jadi  Wali Kota Medan. Kota Medan adalah miniatur Indonesia.”
 
Setelah menjadi wali kota, menurut Rico, ia peduli dengan hal-hal yang  inklusif, misalnya menghidupkan siskamling sebagai upaya menghidupkan kembali interaksi sosial yang kini banyak dilakukan melalui telepon selular. “Sehingga kita, khususnya anak-anak muda  bisa berbicara antargenerasi,” katanya.
 
Membangun inklusivitas juga dilakukan Billy Mambrasar (Tokoh Muda Papua – Pendiri Yayasan Kitong Bisa) yang pernah dipercaya dan dilantik langsung Presiden Jokowi saat ia dipercaya menjadi  Staf Khusus (Stafsus) Milenial pada 2019.
 
Lewat Yayasan Kitong Bisa yang didirikan sejak 2009, Billy membangun komunitas untuk mencerdaskan anak-anak Papua. Ia membuka pendidikan di alam terbuka. Pendidikan, menurut dia, sangat penting diperhatikan kaum muda. “Sebab lewat pendidikan kita bisa mengurangi kemiskinan, terutama di Papua,” katanya. 
 
Semangat kepemimpinan inklusif juga terus dikembangkan Nicky Clara (Pemimpin Muda Inklusif). Sampai sekarang ia terus memberdayakan kaum disabilitas. “Kepedulian kita kepada mereka harus terus  diperjuangkan. Mereka juga punya mimpi,” tegasnya. 
 
Nicky menganggap penting  kehadiran ekosistem untuk menunjang para disabilitas. Mereka punya peluang menjadi pemimpin, karena jumlah mereka sangat besar (28 juta). “Mereka adalah warga masyarakat Indonesia, harus diberi kesempatan yang sama. Kita perlu duduk bersama.” 
 
Shana Fatina dari Woman Green Entrepreneur mengatakan untuk melahirkan calon-calon pemimpin muda,  potensi ekonomi yang memperhatikan lingkungan juga perlu dikembangkan, apalagi lingkungan kerap memunculkan konflik.
 
Saat berkunjung ke  NTT, ujarnya, khususnya para perempuan di sana termarginalkan saat mereka membutuhkan air. "Masa mereka membutuhkan air, harus membeli air. Secara tidak langsung hal ini semakin memiskinkan warga NTT. Padahal air adalah sumber yang tidak terbatas."
 
Ia lalu mengembangkan economic water guna memberikan akses lebih dekat kepada warga di NTT utuk mendapatkan air dengan mudah, di samping juga bisa dipakai untuk mengembangkan kewirausahaan warga di sana, khususnya anak-anak muda.
 
Sebagai  penanggap, Ketua DPP Partai NasDem Bidang Pemilih Pemula dan Milenial Lathifa Al Anshori mengatakan, anak-anak yang lahir pada 2015-2029, pada tahun 2045 nanti yang akan menjadi pemimpin.
 
Ia memberikan apresiasi kepada Rico Waas yang melestarikan budaya lokal. “Ya, kita memang perlu memberi  kesempatan kepada anak muda untuk tampil dan peduli. Jangan sampai pada 2045, mereka tidak mengenal produk-produk budaya lokal bangsa ini," jelasnya.
 
Menutup diskusi, Wartawan Senior Saur Hutabarat mengajak untuk melihat tujuh tokoh Sumpah Pemida 1928. Menurut Saur, dari tujuh sosok penggerak Sumpah Pemuda itu, mereka adalah pemikir, pencipta, dan pemilik (rumah di Jl Kramat Raya). Mereka berusia, paling muda 21 tahun dan paling tua 38 tahun.
 
Dalam rentang usia seperti itu, kata Saur, pada masanya mereka sudah memberikan apa yang mereka miliki kepada bangsa dan negara.
 
Pada 2045 nanti, anak-anak atau pemuda Indonesia yang kini berusia 1-18 tahun akan menjadi pemimpin bangsa ini. Persoalannya, kata Saur, “Adakah di antara mereka yang siap memberikan apa yang mereka miliki kepada bangsa dan negara?”
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan