“Generasi muda cobalah pelajari ilmu tentang kedirgantaraan, karena salah satu yang paling penting di masyarakat ini adalah menciptakan perukyat-perukyat yang terampil dalam jumlah yang cukup besar,” kata Hakim dalam Ngabuburit Belajar Astronomi di IG Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas), Jumat, 22 Mei 2020.
Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan bulan sabit yang tampak pertama kali setelah terjadinya ijtimak (konjungsi). Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang atau dengan alat bantu optik seperti teleskop. Rukyat dilakukan setelah Matahari terbenam.
Ia pun menyebut, idealnya saat ini setiap provinsi memiliki perukyat ahli. Sehingga pengamatan bisa dilakukan di banyak tempat.
“Harapannya, dengan banyak generasi muda yang menyenangi sains kedirgantaraan ini, akan makin banyak pula orang yang lebih terampil menjadi perukyat,” terangnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, zona waktu yang digunakan untuk penentuan awal bulan baru menggunakan patokan Waktu Indonesia Tengah. Ini penting, karena ini untuk mengakomodasi daerah yang masuk zona waktu Indonesia bagian timur dan juga waktu Indonesia bagian barat.
Untuk itu lanjutnya, sebaran perukyat berpengalaman di seluruh provinsi dibutuhkan agar jumlahnya lebih berimbang. “Perkembangan falak didominasi pulau jawa, dominan WIB, mesti punya sebaran biar balance,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News