Menko Polhukam Mahfud MD. Tangkapan layar silaturahmi daring UNS Surakarta.
Menko Polhukam Mahfud MD. Tangkapan layar silaturahmi daring UNS Surakarta.

Halalbihalal Virtual Tak Mengurangi Makna Silaturahmi

Muhammad Syahrul Ramadhan • 27 Mei 2020 08:05
Jakarta: Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengajak masyarakat beradaptasi dengan pola silaturahmi Lebaran di tengah pandemi virus korona (covid-19) dengan cara virtual. Halalbihalal via daring dipastikan tak mengurangi makna silaturahmi.
 
“Sekarang melalui virtual, tahun lalu kumpul-kumpul. Caranya bisa berubah, substansinya tidak hilang. Menghindari covid-19 tetap mengambil pahala Lebaran dengan cara virtual," terang Mahfud dalam silturahmi Univesitas Sebelas Maret (UNS) yang disiarkan di kanal Youtube UNS, Selasa, 26 Mei 2020.
 
Ia mengatakan inti silaturahmi adalah menjaga jaringan. Ini penting untuk kehidupan manusia di dunia dan nanti di akhirat. Banyak manfaat yang didapat dari memiliki jaringan yang luas, salah satunya, membuka peluang kerja.

"Perluas jaringan. Banyak jaringan, tahu peluang kerja. Itu memberikan surga kehidupan kematian kelak orang sering bersilaturahmi," tuturnya.
 
Mahfud menjelaskan halalbihalal merupakan tradisi warisan Sunan Bonang. Salah satu Wali itu biasa mengumpulkan santri dan orang se-kampung untuk saling meminta maaf sehabis menjalankan ibadah puasa sebulan penuh.
 
"Cara para wali untuk menyampaikan subtansi, yakni bertobat kepada Allah, berbuat baik kepada semua manusia," jelasnya.
 
Baca: Universitas Lancang Kuning Gelar Halalbihalal Drive Thru
 
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi ini juga berbagi tetang filosofi ketupat, yakni Laku sing Papat, lebar, lebur, luber dan labur. Kemudian bungkusnya yakni janur jati ning nur, hati yang bersih.
 
"Empat keadaan bagi orang berpuasa, tulus minta maaf, lebar puasanya sudah lebar, lebaran, lebur dosanya habis, luber pahala berlimpah , labur bersih," ujarnya.
 
Mahfud menerangkn, tradisi syawalan juga punya makna khusus. Yakni  bergerak, tidak terkurung di situasi tertentu, dan dalam konteks pandemi virus korona, masyarakat harus bergerak dengan kenormalan baru.
 
"Kenormalan baru karena situasi yang tidak bisa dihindari, tidak mengurung diri, menyesuaikan situasi tetapi menjaga diri," tuturnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan