"Isu-isu seputar 'go green' yang masih bergaung hingga sekarang membuat produk-produk dari daur ulang bahan bekas ini makin diminati," kata Ketua Tim Pengabdian dari Kelompok Penelitian HGR Pengkajian Seni Program Studi Seni Rupa Murni Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) UNS Nooryan Bahari di Solo, Kamis, 1 Oktober 2020.
Ia mengatakan produk dari hasil daur ulang kertas bekas bukan merupakan barang baru di Indonesia. Menurut dia, sejak 2000, produk tersebut sudah mulai dikenal masyarakat, bahkan sempat populer karena keunikannya.
"Biasanya produk-produk dari daur ulang bahan bekas dijadikan suvenir dalam berbagai acara pernikahan dan ulang tahun," ujarnya.
Menurut dia, saat ini peluang untuk mengembangkan produk daur ulang masih terbuka lebar. Apalagi, produk buatan tangan sifatnya jauh lebih eksklusif dan bisa dikembangkan oleh setiap orang sesuai dengan karakter masing-masing. "Berbeda dengan buatan mesin pabrik yang cenderung masal," ujarnya.
Baca: 492 Mahasiswa Berbagai Kampus Kuliah Satu Semester di UGM
Nooryan bersama kelompoknya sedang menggelar kegiatan pengabdian kepada masyarakat berjudul 'Implementasi Karya Seni Berbahan Sampah Kertas dan Sampah Tanaman di Dusun Pelemsewu, Bantul, Yogyakarta'. Materi yang diberikan mulai dari pengolahan sampah kertas untuk didaur ulang menjadi lembaran kertas baru yang bernilai seni dan membuat lempung kertas yang nantinya diwujudkan karya tiga dimensional.
"Kegiatan yang kami laksanakan ini melalui metode 'focus group discussion', penyuluhan, praktik pengolahan sampah kertas dan sampah tanaman menjadi karya seni rupa, pendampingan, serta evaluasi kegiatan setiap minggunya," paparnya.
Ia berharap, dengan pengembangan produk daur ulang tersebut masyarakat setempat bisa memperoleh hasil tambahan dan dapat mandiri secara ekonomi dengan keterampilan ekonomi kreatif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News