Guru besar (Gubes) FTEIC ITS, Mauridhi Hery Purnomo, berhasil menjalin kemitraan dengan Profesor Yoshinobu Sato PhD dari Divisi Information Science NAIST. Kolaborasi ini membawa ITS berbagi pengetahuan dengan harapan dapat mengaplikasikan pengalaman saat kembali ke Tanah Air, serta menjalankan proyek-proyek yang bermanfaat bagi masyarakat.
Tahun ini, program khusus mahasiswa magister dan doktoral ini mengambil peran penting dalam mengusung tema Practice on Medical Image-based Healthcare AI Development Towards Super-aging Society. Hery menyebut dalam program ini mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan di bidang Imaging-based Computational Biomedicine (ICB).
Program yang mendapatkan dukungan dalam bentuk fully funded accommodation dari pemerintah Jepang ini juga menjadi kekuatan dalam mempersiapkan solusi kesehatan inovatif. Program ini ditujukan untuk menciptakan solusi menghadapi perubahan demografis yang signifikan dengan fokus pada tantangan yang semakin mendesak.
Salah satu mahasiswa, Dion Setiawan, mengungkapkan mahasiswa ditantang merancang citra medis dan komputasi fisik yang terbagi dalam empat tim. Hal ini untuk menginisiasi perancangan sistem komputer berbasis Artificial Intelligence (AI).
Proyek yang digagas ini diharapkan memberikan kontribusi berarti bagi praktisi medis dalam hal pencegahan, diagnosis, dan pemilihan tindakan pengobatan. Mereka berfokus pada penyakit jantung, gangguan persendian, dan mekanisme menelan.
"Hal ini menjadi bagian dari upaya kami untuk menghadirkan inovasi dalam bidang kesehatan," tutur Dion.
Mahasiswa yang berada di bawah naungan Laboratorium Multimedia dan IoT ini percaya program ini akan berpotensi memberikan kontribusi signifikan dalam konteks kedokteran ITS bila dijalankan berkelanjutan setiap tahunnya.
Dion berpesan kepada mahasiswa lain untuk memiliki pemahaman kuat tentang program-program studi luar negeri yang ditawarkan oleh institusi, khususnya ITS.
“Tiap universitas pasti mendorong sesama mahasiswa untuk aktif mencari informasi tentang peluang tersebut dan untuk berani mencoba. Lebih baik mencoba daripada kalah sebelum perang," kata mahasiswa Departemen Teknik Elektro ITS ini.
Sementara itu, Hery berharap kegiatan ini bisa menjadi sebuah bab buku yang akan mencerminkan pengalaman budaya yang mahasiswa dapatkan dan pengetahuan teknologi yang mereka kumpulkan. Sehingga, bab buku tersebut dapat menjadi panduan berharga bagi program serupa di tahun-tahun mendatang.
"Lewat Sakura Science Program, mahasiswa ITS akan menjadi agen perubahan yang membawa manfaat positif bagi kedua negara," ujar alumnus Osaka City Unoversity tersebut.
Baca juga: Ini 4 Tips Hadapi Culture Shock Saat Ikut Pertukaran Pelajar di Luar Negeri |
Kuliah di kampus favorit dengan beasiswa full kini bukan lagi mimpi, karena ada 426 Beasiswa Full dari 21 Kampus yang tersebar di berbagai kota Indonesia. Info lebih lanjut klik, osc.medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News