Arko menjelaskan beberapa platform AI yang menunjang pengembangan herbal sudah tersedia, gratis, dan dapat diakses global serta mampu memberikan prediksi mekanisme obat dan target aksi secara cepat. Sayangnya, tidak semua peneliti fitomedisin di Indonesia menyadari hal tersebut.
Hal ini dibuktikan dari sangat rendahnya jumlah publikasi pada 2013-2023 yang memanfaatkan penggunaan databank maupun Artificial Intelligence (AI) dalam penelitian herbalnya. Dalam makalah tersebut, Arko sebagai peneliti Pusat Kedokteran Herbal mengungkapkan meski trending topik mengenai pemanfaatan Artificial Intelligence tergolong baru, namun sebetulnya projek pengembangan databank berbasis AI sudah gencar dimulai sejak satu dasawarsa terakhir.
Misalnya, ide mengenai perlunya pemetaan interaksi antara senyawa aktif dan senyawa lain dalam suatu sediaan herbal medicine, serta interaksinya dengan reseptor dalam tubuh yang sudah ia paparkan sejak 2012 di Eropa.
“Artinya, pembuatan databank berbasis AI semacam ini sudah ada dan perkembangannya semakin pesat dari waktu ke waktu,” ujar Arko dikutip dari laman ugm.ac.id, Selasa, 5 September 2023.
Arko menuturkan pada saat itu ide yang sama belum mendapatkan dukungan di Indonesia. Adapun saat ini di Eropa sudah ada lebih dari 10 institusi yang aktif mengembangkan databank dalam bidang medis, termasuk di antaranya yang berkaitan dengan pengembangan herbal medicine.
Staf pengajar di Departemen Farmakologi dan Terapi FKKMK UGM itu juga menyampaikan soal tantangan era-AI bagi peneliti Indonesia. Menurutnya, peningkatan skills komputasi, penyediaan source data, dan integrasi keilmuan medis dengan teknologi informasi harus segera dipercepat.
Pengurus MABBI pusat (Masyarakat Bioinformatik dan Biodiversitas Indonesia) itu mengusulkan perlunya dibentuk suatu konsorsium nasional, pengembangan databank berbasis AI dalam bidang fitomedisin di Indonesia.
“Metode pengembangan databank yang dikembangkan di Eropa, juga perlu mulai segera dirintis di Indonesia. Fokusnya pada pemetaan interaksi antar senyawa dan hubungannya terhadap efek farmakologis maupun prediksi toksisitas yang mungkin timbul. Supaya tidak setiap ada perubahan formulasi sediaan, perlu dilakukan pengujian trial and error menggunakan hewan uji,” papar dia.
Pertemuan Ilmiah Tahunan IKAFI berlangsung pada 25-26 Agustus 2023. Acara ini merupakan rangkaian dari Rapat Koordinasi Nasional yang diikuti ratusan peserta yang terdiri atas ahli Farmakologi, praktisi, peneliti, akademisi, industri, maupun pemerhati yang berkecimpung dalam bidang Farmakologi.
Dalam pertemuan ilmiah tahunan tersebut, tiga orang delegasi UGM yang juga memperoleh Best paper Presenter untuk bidang kajian berbeda, yakni Hari Purnomo, Andini Juwan Prabandari, dan Yacobus Christian Prasetyo.
Baca juga: Mempelajari AI, Mempelajari Alam |
Kuliah di kampus favorit dengan beasiswa full kini bukan lagi mimpi, karena ada 426 Beasiswa Full dari 21 Kampus yang tersebar di berbagai kota Indonesia. Info lebih lanjut klik, osc.medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News