Kampus ITB. Foto: Dok. ITB
Kampus ITB. Foto: Dok. ITB

Dosen SBM ITB Mogok Ngajar, Diduga Ada Pelencengan Renstra

Ilham Pratama Putra • 09 Maret 2022 17:30
Jakarta: Forum Dosen Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) memutuskan untuk mogok mengajar mulai Selasa, 8 Maret 2022. Pendiri SBM, Jann Hidajat mengatakan, jika terjadi pelencengan beberapa kebijakan dan pelaksanaan operasional dari kerangka Rencana Strategis (Renstra) ITB.
 
"ITB sudah memiliki Renstra 2021-2025, yang menurut hemat kami, Renstra ITB sudah menggambarkan langkah-langkah operasional yang seharusnya secara konsisten dilaksanakan pimpinan ITB. Namun kami melihat ada beberapa kebijakan dan pelaksanaan operasional melenceng dari kerangka Renstra ITB," kata Jann melalui keterangannya, Rabu, 9 Maret 2022.
 
Setidaknya ada tujuh kekeliruan praktik manajemen di ITB. SBM yang diamanahi untuk mengelola keilmuan Manajemen dan Bisnis di ITB, merasa terpanggil dan bertanggung jawab untuk memberikan peringatan dini.

"Agar kekeliruan ini tidak berlangsung lebih jauh dan berdampak buruk bagi ITB," kata dia.
 
Kekeliruan pertama ialah ITB mmasih menjalankan konsep organisasi mekanis. Konsep tersebut dinilai tidak sehat atau memiliki kapasitas yang tidak seimbang dengan komponen lainnya.
 
Kedua, pimpinan ITB dinilai kurang mampu berkomunikasi secara efektif. Menurutnya tak ada jalur komunikasi yang baik secara formal maupun informal dengan masyarakat ITB.
 
"Ketiga, pimpinan ITB mengaplikasikan gaya kepemimpinan yang tidak tepat. Pimpinan ITB memandang dekan sebagai bawahan dan membatasi perannya hanya sebagai pelaksana rencana yang ditetapkan rektorat," terang dia.
 
Keempat, beberapa kali ITB menjalankan praktik tata kelola yang tidak baik. Selanjutnya gaya kepemimpinan rektor dinilai menciderai renstra ITB itu sendiri.
 
"Kepemimpinan Rektor saat ini lebih bersifat Transaksional, hirarkis, komando, tindakannya reaktif, kontraktual, fokus pada efisiensi dengan sistem berbasis aturan dan prosedur yang belum mapan, dan ini artinya pimpinan ITB menciderai renstra sendiri," terang dia.
 
Baca juga:  Konflik Pencabutan Swakelola Memanas, Forum Dosen SBM ITB Mogok Ngajar
 
Keenam, pimpinan ITB menerapkan konsep standarisasi yang dinilai akan menghilangkan potensi keunggulan dan keunikan masing-masing fakultas atau sekolah. Akibatnya, masing-masing fakultas atau sekolah di ITB tidak didukung untuk tumbuh.
 
"Ketujuh, rektor ITB lebih menyukai sentralisasi kekuasaan. Artinya, pimpinan ITB menjalankan kebijakan bahwa semua kebutuhan dana di seluruh unit ITB akan dipenuhi oleh Rektorat, dan memperlakukan fakultas atau sekolah hanya sebagai pelaksana," tutup dia.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan