Hal ini diperparah dengan tingginya aktivitas kuliner menggunakan air perasan jeruk, sementara kulit jeruk dibuang begitu saja tanpa pengolahan kembali. Limbah kulit jeruk ini memiliki pH sangat rendah, sehingga sulit terurai secara alami.
Dilansir dari laman uny.ac.id, tim mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mengembangkan bioadsorben berbahan dasar limbah kulit jeruk (Citrus sinensis) yang berfungsi menyerap limbah pewarna batik. Ketua tim, Jalu Bahtiar Baharudin, menuturkan tim meneliti kandungan kulit jeruk peras (Citrus sinensis) dan menemukan limbah ini mengandung senyawa pektin, yang berpotensi tinggi sebagai bioadsorben alami.
Pektin memiliki gugus karboksil dan hidroksil yang dapat mengikat zat pewarna berbahaya dalam limbah batik. Setelah melalui studi literatur dan analisis pustaka, tim memutuskan mengekstrak pektin dari kulit jeruk dan mengaplikasikannya ke dalam limbah cair batik.
Dalam kurun waktu tersebut, mereka melakukan sejumlah pengujian ilmiah untuk membuktikan efektivitas pektin sebagai penyerap limbah. Terdapat serangkaian pengujian untuk menghasilkan produk Bioadsorben berbahan dasar kulit jeruk ini.
Baca juga: Mahasiswa UNY Teliti Kerang Hijau untuk Obati Patah Tulang |
Pengujian pertama, Uji Determinasi di Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk memastikan jenis kulit jeruk yang digunakan benar-benar jeruk peras murni (Citrus sinensis). Setelah ekstraksi pektin, tim menguji kemampuannya menggunakan spektrofotometri UV-Vis di UNY untuk mengukur penyerapan zat warna.
Pengujian lanjutan FTIR dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan gugus fungsi kimia khas pektin. Untuk mengamati struktur mikroskopis pektin setelah menyerap zat warna, dilakukan pengujian SEM-EDX di Universitas Islam Indonesia (UII).
Sebelum uji coba pada limbah batik, dilakukan pengujian AAS untuk menentukan tingkat kandungan logam dalam limbah batik dari tiga wilayah: Sleman, Bantul, dan Kulon Progo. Dari hasil uji diperoleh data limbah dengan tingkat pencemaran tertinggi berasal dari Kulon Progo, yang selanjutnya menjadi fokus uji penyerapan lanjutan.
Terakhir, untuk menguji kemampuan produk Bioadsorben, tim melakukan uji model isoterm adsorpsi Langmuir dan Freundlich untuk mengetahui efektivitas daya serap pektin terhadap zat warna.
Melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Riset Eksakta ini, Jalu dan tim menunjukkan inovasi sederhana berbasis sains dapat menghadirkan solusi konkret bagi masalah lingkungan, sekaligus membuka jalan bagi pemanfaatan limbah menjadi sesuatu yang lebih berguna. Mereka berharap inovasi ini dapat memberikan kontribusi nyata bagi pengolahan limbah di industri batik dan memanfaatkan limbah organik dari sektor kuliner.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News