Ditulis oleh cendekiawan Sufi asal Aljazair, Ahmad al-Buni, pada abad ke-13, buku ini dianggap oleh sebagian pihak sebagai karya mistik yang membuka rahasia ilahi, sementara yang lain menyebutnya sebagai panduan sihir yang membawa pembacanya ke dunia kegelapan.
Asal-Usul dan Konten Shams al-Maarif
Dalam tradisi Sufi, teks ini awalnya ditulis untuk membantu pembaca memahami kekuatan spiritual di balik 99 nama Allah, atau Asma al-Husna. Al-Buni menjelaskan bahwa setiap nama memiliki kekuatan khusus yang dapat diakses melalui meditasi dan dzikir.Sebagai contoh, nama "Al-Alim" (Yang Maha Mengetahui) diklaim dapat memberikan pengetahuan ilahi jika diulang dalam jumlah tertentu.
Namun, buku ini mulai memicu kontroversi ketika al-Buni memperkenalkan petunjuk untuk membuat jimat dan jampi menggunakan nama-nama Allah yang dikombinasikan dengan praktik mistis seperti numerologi.
Buku ini juga menyertakan instruksi untuk memanggil jin dan makhluk supranatural lain, yang membuatnya dituduh mempromosikan sihir (sihr), sesuatu yang secara tegas dilarang dalam Islam.
Dikecam dan Dipuja
Pada abad ke-14, para ulama terkemuka seperti Ibn Khaldun dan Ibn Taymiyya mengecam karya al-Buni sebagai bid’ah dan sihir. Ibn Khaldun bahkan menyebut Shams al-Maarif sebagai contoh dari obsesi berbahaya terhadap ilmu gaib.Namun, meski dikecam, buku ini tetap beredar luas hingga abad ke-19 di kalangan elit Muslim, termasuk para ulama dan pemimpin politik.
Noah Gardiner, profesor studi agama di Universitas North Carolina, menyebut bahwa karya al-Buni tetap diminati hingga hari ini.
"Tulisan-tulisannya dikritik sebagai sihir oleh beberapa ulama klasik, tetapi tetap disalin dan dibaca hingga abad ke-19 oleh Muslim yang terpelajar dan religius," ujarnya.
Versi Modern dan Urban Legend
Setelah kematian al-Buni, Shams al-Maarif berkembang menjadi karya yang jauh lebih panjang, mencakup hingga 40 bab yang sebagian besar ditulis oleh penulis anonim.Versi ini dikenal sebagai Shams al-Maarif al-Kubra dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk Urdu, Turki, dan Indonesia. Buku ini bahkan tersedia secara daring dalam bahasa Inggris.
Buku ini juga menjadi subjek banyak legenda urban di dunia Muslim. Salah satu kisah populer menceritakan seorang pria di Arab Saudi yang membaca Shams al-Maarif dan akhirnya menikah dengan jin perempuan yang kemudian membunuh keluarganya.
Di sisi lain, sebagian orang di Asia Selatan menggunakan bagan numerologi dalam buku ini untuk keberuntungan atau kesembuhan.
Sensasi Abadi
Hingga saat ini, Shams al-Maarif tetap menjadi teks yang memicu perdebatan. Sebagian orang menganggapnya sebagai buku terkutuk yang menginspirasi ilmu hitam, sementara yang lain menyebutnya sebagai karya esoterik yang menawarkan wawasan mendalam tentang dunia tak kasatmata.Seorang pembaca di Amazon menulis, "Buku ini menjelaskan hukum dunia gaib. Pengetahuannya sangat mendalam."
Namun, kritik lainnya menyebut, "Buku ini mempromosikan sihir hitam dan bisa menghancurkan hidupmu."
Terlepas dari kontroversi, Shams al-Maarif terus menarik perhatian, baik sebagai panduan spiritual maupun sebagai "buku terkutuk" yang dikelilingi misteri.
Baca Juga:
Efek Halo: Alasan Orang Cakep Sering Lebih Untung
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News