STII sudah banyak melaksanakan kegiatan dan program yang menyentuh pertanian di lingkungan pesantren.
Selain itu, ada juga konsolidasi capacity building bagi generasi muda karena banyak anak muda tidak lagi turun ke sawah.
"Saat ini kita di STII fokus dan membulatkan tekad dalam program Pertanian Pesantren. Ada program deplot di Cianyar, Banten. Ini pertanian yang dapat menghasilkan gabah sebanyak 16 ton perhektare, masa tanam 75-100 hari dan beras premium," beber Waketum STII, Hilman Ismail Metareum, saat audiensi dengan Wakil Menteri Agama Romo HR Muhammad Syafi'i dikutip dari laman kemenag.go.id, Senin, 10 Februari 2025.
Selain itu, ada juga pertanian kedelai. Tanaman ini tingginya bisa mencapai 6 meter. Hilman menekankan STII terus mendukung Program Prabowo Subianto dalam menunjang pertanian seperti padi, kedelai, jagung (bahan pakan ternak).
"Kita juga ada pengolahan mikrobagoogle, pabriknya ada di Serang dan terkait ketahanan pangan yang fokusnya di beras. Kita menggunakan konsep intensifikasi (teknologi) dan ekstensifikasi (memaksimalkan lahan)," beber Hilman.
Baca juga: Pakar IPB Sebut Swasembada Beras era Orde Baru Bisa Jadi Inspirasi Pembangunan Pangan |
Hilman mengungkapkan Muktamar STII ke-VI mengangkat tema Mendorong Industri Pertanian 5.0 untuk Ketahanan Pangan 2025. "Ini seiring dengan program Presiden RI Prabowo Subianto dalam menunjang ketahanan pangan di Indonesia," kata Hilman.
Wakil Menteri Agama, Romo HR Muhammad Syafi'i, mendukung program Pertanian Pesantren. Dia mengatakan program ini untuk mendukung program hilirisasi dan industrialisasi.
"Misal, pupuk mikroba dan beras dipaten-kan. Hilirisasi dan insdustrialisasi dalam negeri harus kita maksimalkan. Saya minta ini dipatenkan,” kata Syafi'i. dikutip dari laman kemenag.go.id, Senin, 10 Februari 2025.
Syafi'i menyampaikan tugas pemerintah menyiapkan lahan agar masyarakat dapat mengelola pertaniannya. Selama ini, permasalahan pertanian adalah pupuk mahal, bibit langka, hingga panen impor.
"Terobosan STII, seperti penen padi selama ini 1 kali setahun, dengan metode intensifikasi bisa dibuat panen 3 kali setahun. Dengan begitu, petani akan semakin sejahtera. Target besar Pak Prabowo (Presiden Prabowo Subianto), 2025, kita sudah tidak lagi impor jagung," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News