Deden menuturkan dekolonisasi iptek masih kontekstual dengan situasi dan kondisi Indonesia. Indonesia harusnya mulai melakukan perubahan dengan berkontribusi lebih banyak dalam bidang iptek.
Dia menuturkan negara-negara maju pasti memiliki kekurangan, sehingga tidak dapat dijadikan contoh mutlak bagi Indonesia. Deden menyebut peran Indonesia dibutuhkan untuk menyempurnakan sekaligus tampil sebagai pemimpin dan berhenti menjadi pengikut.
Pakar urban planner tersebut menuturkan Indonesia harus menjadi bagian dari forum yang terdiri dari negara-negara yang menjadi poros utama iptek atau negara-negara maju. Langkah yang dapat ditempuh ialah dengan kolaborasi dengan institusi yang sudah ada dalam poros utama, lalu otomatis akan menjadi bagian dari itu.
“Kriteria penting untuk menjadi pemimpin adalah harus bisa memproduksi dan menciptakan knowledge productions. Hal tersebut menjadi kunci dari kemajuan iptek. Saya berharap dosen muda yang hadir dapat mewujudkannya agar Indonesia bisa mengejar atau bahkan melampaui negara-negara maju di luar sana,” ucap Deden dalam kuliah umum di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dengan tema “Dekolonisasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) di Indonesia” dikutip dari laman unesa.ac.id, Rabu, 7 September 2022.
Wakil Rektor Bidang Akademik, Bambang Yulianto, mengatakan kegiatan ini sangat bagus untuk menunjang dan menguatkan atmosfer akademik agar semakin berkualitas.
“Rektor berpesan supaya forum ilmiah semacam ini terus dilaksanakan dan ditingkatkan untuk memberikan pencerahan dan tambahan wawasan agar membentuk lulusan yang unggul dan berdaya saing,” ucap dia.
Bambang menuturkan SDM unggul, adaptif, kreatif, dan inovatif sangat penting. Sebab, dengan bekal tersebut mereka mampu berkompetisi di era sekarang dan yang akan datang.
Penguasaan iptek, kata dia, merupakan salah satu kunci utama bagi kemajuan peradaban manusia. Siapa pun yang terdepan dalam penguasaan iptek akan memiliki kemampuan menentukan arah peradaban manusia.
Dekolonisasi adalah upaya agar negara berkembang bisa menjadi tuan rumah di negara masing-masing dan tidak lagi terjajah oleh negara maju. “Melalui kuliah umum ini kita berharap dapat membuka wawasan tentang bagaimana negara berkembang berhasil mengejar ketertinggalan,” tutur dia.
Baca juga: Mahasiswa Unesa Raih Third Prize di Kompetisi Matematika Internasional |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News