“Jadi Kita sebenarnya sejak Januari sudah menyiapkan kuliah daring ini. Kita sudah membentuk direktorat pengembangan pendidikan dan direktorat pendidikan nonreguler,” ujar Reini dalam Konferensi Video, Rabu, 8 Juli 2020.
Namun dia memastikan, program yang dirancang untuk PJJ ini tidak akan menghilangkan kuliah tatap muka. Kuliah daring hanya menjadi bagian pendukung proses pembelajaran.
“Jadi ini yang namanya pendidikan 4.0, meningkatkan kualitas di zaman digital, banyak program Kami untuk mendukung ini. Namun bukan setelah covid kita kuliah online semua, bukan begitu sebenarnya. Jadi kuliah tatap muka ada, online ini ada untuk mendukung,” jelas Reini.
Baca juga: Kemendikbud Meluruskan Makna 'PJJ Permanen'
Sistem belajar ini lebih dikenal dengan istillah blended learning atau penggabungan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran memanfaatkan teknologi. Selain itu, untuk pengembangan akademik di ITB, pihaknya juga terus berinovasi dalam dunia penelitian.
“Kita akan melakukan inovasi yang saintifik dan unggul. Tak sekadar banyak paten, tapi dipakai apa yang dibuat untuk masyarakat. Jangan di atas kertas banyak temuan, tapi tidak ada kualitasnya,” imbuhnya.
Reini berharap berbagai upaya ini akan membawa ITB menempati posisi yang lebih baik lagi dalam ranking dunia versi Quacquarelli Symonds (QS). Menempati posisi 200 universitas terbaik dunia merupakan visi jangka panjang ITB.
“Kita setiap tahun meningkatkan kinerja, kalau jangka panjang 50 tahun apa ya, kan tahun ini kita rankingnya 331, tahun sebelumnya 359. Itu mungkin sesuatu yang kurang memuaskan, jadi ranking maunya 200-an,” pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News