"Saya melihat Mas Menteri (Nadiem) memang tidak turun ya, turunnya hanya sekali. Itu pun karena ada wakil presiden yang pergi, jadi mau enggak mau ikut waktu itu ke Sukabumi, Jawa Barat," kata Satriwan dalam diskusi daring, Rabu, 29 Juli 2020.
Menurut Satriwan, Nadiem boleh saja menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Namun, bukan berarti Nadiem juga ikut-ikutan mengelola pendidikan dengan metode jarak jauh.
"Saya berharap Mas Menteri itu turun berkomunikasi dengan guru-guru kita yang banyak kendala di daerah, memberikan semangat, termasuk dengan anak kita yang banyak kendala. Kami berharap Mas Menteri jangan sampai menjadi menteri pendidikan jarak jauh," sambungnya.
Baca: FSGI: Membuka Sekolah di Zona Kuning Keputusan Gegabah
Begitu pula saat menghadapi konferensi pers dengan wartawan. Satriwan mengkritisi salah satu taklimat media yang digelar Nadiem.
Menurut Satriwan, taklimat media dengan isu Program Organisasi Penggerak (POP) itu tidak memiliki pola komunikasi yang baik. Wartawan hanya menerima komunikasi satu arah dari Nadiem, tanpa diberi kesempatan bertanya.
"Padahal, kami guru ingin ada diskusi. Saya pikir itu bukan pendidikan yang baik saat menutup dialog. Bukan pendidikan namanya kalau tidak ada dialog dua arah, tiga arah, segala arah. Jadi saya pikir Mas Menteri mempertontonkan yang tidak baik dalam pendidikan," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News