“Perpustakaan sekolah kita sangat kurang menyimpan koleksi-koleksi tentang potensi sumber daya alam Indonesia,” kata Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Muhammad Syarif Bando, saat menyampaikan sambutan dalam webinar Implementasi Peran Perpustakaan Sekolah/ Madrasah dalam Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Kewirausahaan, Selasa, 28 Maret 2023.
Syarif menambahkan, permasalahan yang dihadapi dalam upaya meningkatkan budaya baca dan kualitas sumber daya manusia secara luas adalah kurangnya ketersediaan bahan bacaan untuk masyarakat. Ia mengajak seluruh sivitas akademika dan pemerintah daerah untuk menghasilkan buku-buku ilmu terapan tentang potensi sumber daya alam, sejarah, pariwisata, dan kuliner, yang bermanfaat bagi masyarakat terutama di daerah pedesaan dan 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal).
Hal tersebut juga dapat dilakukan dengan menghadirkan program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial serta berbagai kolaborasi dengan stakeholder salah satunya Kementerian Koperasi dan UKM serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
“Perpusnas, perpustakaan di daerah, dan komunitas pegiat literasi adalah sebagai influencer dan tutor untuk memberikan akses bacaan yang mudah diperoleh masyarakat dan mendorong mereka menerapkan hasil bacaan tersebut untuk memulai usaha kecil mereka sendiri,” ungkapnya.
Koordinator Substansi Pusat Profil Pancasila dan Inklusivitas, Pusat Penguatan Karakter, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Dian Srinursih, menjelaskan, dukungan perpustakaan sekolah dalam penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Menurutnya, pengelolaan perpustakaan sekolah dapat disinergikan dalam mendukung enam dimensi Profil Pelajar Pancasila yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, serta kreatif.
“Rebranding perpustakaan dikaitkan dengan Profil Pelajar Pancasila yaitu perpustakaan yang dulunya bersifat tradisional dan sasarannya hanya sebatas warga sekolah, sekarang kita bisa menginternalisasikan dimensi Profil Pelajar Pancasila sesuai dengan kebutuhan dan sasarannya,” terangnya.
Namun saat ini, ketertarikan peserta didik untuk datang ke perpustakaan sekolah juga menjadi sebuah tantangan. Menurutnya, perpustakaan perlu menunjukkan kreativitas untuk menarik minat pemustaka.
“Bagaimana orang bisa melirik kita kalau kita tidak menunjukkan kekhususan atau kehebatan yang dimiliki. Jadi tunjukkanlah dulu prestasi atau sumber daya yang kita miliki saat ini meskipun dengan segala keterbatasannya. Dengan adanya kreativitas yang kita miliki, bisa memunculkan perpustakaan yang kita kelola bisa menarik perhatian,” jelasnya.
Webinar yang digelar secara daring tersebut juga menghadirkan Kepala Sekolah SMAN 1 Sewon, Bantul, DIY, Subarino. Dia berhasil mengelola Perpustakaan Sekolah Loka Ghana di SMAN 1 Sedayu yang pernah dipimpinnya.
Menurutnya, kompetensi literasi adalah kunci dasar agar dapat belajar secara efektif dan berkontribusi positif. “Dengan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM), perpustakaan sekolah memiliki peran semakin strategis dalam pembelajaran di sekolah,” sebutnya.
Lebih lanjut, Subarino mengatakan, ada beberapa peran strategis perpustakaan dalam mendukung IKM. Salah satunya perpustakaan sebagai leading sector gerakan literasi sekolah dan sumber belajar siswa yang bertujuan menumbuhkembangkan budaya literasi pada ekosistem pendidikan.
“Karena kalau kita hanya mengandalkan dari guru saja tanpa peran perpustakaan, maka hal tersebut sangat sulit untuk bisa diimplementasikan secara efektif,” tukasnya.
Dengan mengusung konsep Fun Library, ia berupaya menghadirkan perpustakaan sekolah sebagai tempat yang menyenangkan dan ramah bagi siswa. “Dengan begitu mereka akan datang ke perpustakaan. Mungkin awalnya tidak untuk membaca, tapi lama-lama mereka akan tertarik untuk membaca,” jelasnya.
Sebagai seorang pustakawan, Cintantyo Yosi Putri, mengatakan upaya untuk menarik minat pemustaka datang ke perpustakaan sekolah, dapat dilakukan dengan mengenali mereka.
“Jadi saya mencoba untuk mengingat bahkan nama mereka dan apa buku yang sesuai dengan ketertarikan mereka sehingga akan muncul memori bagus anak-anak khususnya tentang perpustakaan,” jelas pustakawan di Sekolah Tumbuh Jogja ini.
Dirinya mendorong pustakawan di perpustakaan sekolah untuk bekerja dengan hati untuk mendukung proses belajar peserta didik meskipun banyak hambatan yang harus dihadapi.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Baca juga: Kepala Perpusnas: Pemahaman Anak Indonesia Terhadap Bacaan Hanya 15% |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News