Ketua Pusat Inovasi Kota dan Komunitas Cerdas ITB, Suhono Harso Supangkat memaparkan, kelima kota tersebut adalah Semarang, Surabaya, kota Bogor, kota Bandung dan Kota Tangerang. Pada riset ini, kata Suhono, yang disebut kota cerdas adalah kota yang dapat mengelola berbagai sumber daya secara efektif dan efisien untuk menyelesaikan berbagai tantangan kota.
Kemudian menggunakan solusi cerdas guna menyediakan infrastruktur dan memberikan layanan-layanan kota yang dapat meningkatkan kualitas hidup warganya. "Penilaian pada kategori ini dilakukan secara khusus untuk mengetahui dukungan kota dalam menghadapi permasalahan perubahan iklim yang berdampak pada panasnya permukaan bumi yang berasal dari peningkatan kadar CO2," kata dia.
Adapun indikator yang menjadi tolok ukur dukungan terhadap perubahan, di antaranya adalah penggunaan energi terbarukan, meminimalisir kendaraan, dan pengelolaan lingkungan. Lebih detail indikator membahas terkait, substitusi energi, implementasi kendaraan hemat energi, penggunaan kendaraan umum, penambahan ruang terbuka hijau.
Baca juga: BRIN Bakal Kupas Proyeksi Demokrasi Hingga Dinamika Politik Indonesia
Dia mengatakan, seiring peningkatan arus urbanisasi, permasalahan di area perkotaan ikut tumbuh. Ia menuturkan, kepadatan penduduk di area perkotaan dengan kondisi gas carbon yang tidak terkontrol dapat mengancam perubahan iklim dunia.
Menurut Koalisi Transisi Perkotaan, Kota bertanggung jawab atas 75 persen dari total emisi karbon dunia. Dalam hal ini, beberapa kota di Indonesia telah menyadari pentingnya berfokus untuk mengurangi dampak dari perubahan iklim dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News