Pakar Universitas Gadjah Mada (UGM) Ika Puspita Sari mengungkap soal asal usul cacar monyet hingga pencegahannya. Dia menyebut penyakit ini sudah ditemukan sejak tahun ‘58.
"Pertama kali ditemukan pada monyet yang sedang diteliti. Tapi sekarang bermutasi hingga menyerang manusia, zoonosis ya," kata Ika dalam webinar bertema “Mengenal Monkey Pox: Penyakit yang Mirip Cacar Tapi Lebih Berbahaya” dikutip dari laman ugm.ac.id, Rabu, 15 November 2023.
Ika membeberkan kasus cacar monyet muncul pertama kali pada manusia di tahun 1970 tepatnya di Republik Demokrasi Kongo. Kongo menjadi salah satu daerah endemik.
"Jadi, virus-virus mematikan banyak yang ditemukan di Afrika dan virus monkey pox ini juga termasuk,” ujar Ika.
Penyebaran cacar monyet terbilang sangat cepat. Berdasarkan laporan WHO per 21 Mei 2022, cacar monyet sudah menyerang kawasan Eropa, Amerika, dan Australia.
Cacar monyet sempat diramalkan sebagai salah satu penyakit endemic desease atau penyakit yang menyerang banyak negara. Penyakit ini akan menyerang sistem kekebalan tubuh, khususnya di negara ekonomi menengah bawah.
Kini, kasus cacar monyet banyak ditemukan di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Jerman, Spanyol, dan lain-lain. Penyebaran umumnya disebabkan oleh tingginya mobilisasi manusia antar negara dan minimnya perhatian pada penyakit ini.
Padahal, monkey pox dapat berisiko tinggi. Khususnya, bagi kelompok muda, mengingat vaksinasi cacar sudah dihentikan sejak 1980 karena dianggap musnah.
Dilansir dari Kementerian Kesehatan RI, gejala cacar monyet hampir sama dengan cacar air, bahkan lebih ringan. Penderita akan mengalami demam, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan. Bedanya, cacar monyet menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening, sedangkan cacar air tidak.
“Ini yang perlu diwaspadai ketika terkena cacar, jadi ciri-ciri monkey pox ini adalah di dalamnya (benjolannya) tidak hanya cairan, tapi juga nanah. Tidak harus menyebar ke seluruh tubuh, ada juga yang terkumpul di tangan. Dan bentuknya tidak harus seperti cacar, bisa juga menyerupai varicela,” ucap Ika.
Hingga Sabtu, 11 November 2023, kasus cacar monyet di Indonesia mencapai 42 dan tersebar di wilayah Jakarta, Bandung, Bekasi, dan mulai menyebar ke Tangerang. Pada keseluruhan kasus tersebut, ditemukan ada 10 penderita HIV, 8 Sifilis, dan 9 HIV & Sifilis.
Ika menekankan penyebaran di wilayah Barat tidak berarti menutup kemungkinan persebaran di wilayah tengah dan timur. Apalagi, di tengah tingginya perpindahan masyarakat dari satu daerah ke daerah lain.
Cacar monyet cenderung menyerang individu dengan imunitas rendah. Faktanya, penderita cacar monyet di Afrika justru banyak yang tidak memiliki gangguan imunitas apa pun.
Hal ini mengindikasikan pencegahan cacar monyet harus memperhatikan berbagai kemungkinan. Sejauh ini, penyebaran cacar monyet yang muncul pada penderita di Indonesia mayoritas melalui kontak seksual.
Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan adanya penularan melalui kontak kulit ke kulit, mulut ke mulut, mulut ke kulit, ataupun kontak dengan hewan peliharaan dan hewan liar. Tak hanya itu, cacar monyet juga bisa ditularkan melalui daging konsumsi dan benda-benda yang terkontaminasi.
“Paling penting untuk dipahami adalah pencegahannya. Hindari kontak dengan hewan apa pun, baik yang sakit ataupun ditemukan mati di daerah tempat penyebaran," papar Ika.
Kemudian, kontak dengan bahan apa pun, tempat tidur, linen, serta harus ada isolasi bagi pasien yang menderita cacar monyet. Ika juga menyarankan cuci tangan harus lebih sering dan memasak daging dengan benar dan matang, karena ada kemungkinan kontaminasi virus.
Ika menyebut seseorang yang mengalami gejala-gejala cacar monyet harus segera ditangani untuk mencegah akibat fatal. Dia menekankan perlu kesadaran dan kewaspadaan pada penyakit cacar monyet hingga seluruh pasien dapat ditangani dengan cepat dan virus tidak menyebar luas.
Baca juga: Menkes: Penularan Cacar Monyet tak Secepat Covid-19 |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News